Kondisi Pendopo yang masih kokoh dan terawat. (Donny)


JOGOROTO – Suatu pemerintahan yang berganti setiap zamannya, selalu meninggalkan kisah sejarah, dan tak jarang masih banyak hidup di sanubari masyarakat. Mulai dari legenda, tokoh, bahkan sampai rupa peninggalannya. Baik wujud benda, bangunan, maupun tradisi yang masih dilestarikan hingga era kiwari saat ini.

Ciri yang menonjol diwakilkan dari atap Joglonya, dimana secara filosofis lekat dengan bangunan kawula bangsawan atau priyayi di eranya.

Salah satu diantara peninggalan tersebut dapat kita saksikan rupanya di Dusun Beji, Desa Sawiji, Kecamatan Jogoroto. Dalam bangunan berbentuk Pendopo inilah, penggalan kisah lampau Desa Sawiji tersimbolkan.

Memiliki panjang dan lebar ± 8x6 dan berdiri di atas lahan seluas berkisar satu hektar, Pendopo dengan dominasi warna hijau di tiap sudut ornamennya, kondisinya masih cukup terawat. Mulai dari cat, ruas dan pilar atap, hingga kaki-kaki penyangganya nampak kokoh dan kuat.

Baca Juga: Tips Merawat Buku Supaya Tidak Kuning dan Dimakan Rayap

Menelusuri kilas sejarahnya, Majalah Suara Pendidikan berjumpa dengan Kepala Urusan Umum Desa Sawiji, Abdul Mujib. Diceritakannya, dahulu di era kepemimpinan Mbah Bahu sebagai lurah pertama Desa Sawiji, turut melambari awal pembangunan Pendopo.

“Kepastian tahun pembangunannya sampai saat ini pun masih samar. Sebab tak sampai ada sumber sejarah tertulisnya, dan hanya berdasarkan tradisi tutur di tiap generasi. Inipun dari versi yang paling mendekati, sejarah berdirinya Pendopo memang bertepatan dengan awal berdiriya Pemerintahan Desa Sawiji. Mungkin di era kolonial atau juga jauh sebelumnya,” ungkap Abdul Mujib.



Merenik karakteristik tiap sudut dan keseluruhan bangunan Pendopo yang menjadi simbol sejarah Pemerintahan Desa Sawiji ini, memang lekat dengan khazanah arsitektur Jawa. Ciri yang menonjol diwakilkan dari atap Joglonya, dimana secara filosofis lekat dengan bangunan kawula bangsawan atau priyayi di eranya. Meskipun kental dengan nuansa arsitektur Jawa, namun perpaduan dengan tipe bangunan modern dari tiang penyangga dan seluruh kaki bangunan menjadi keunikan tersendiri. Maka dari perpaduan dua ciri arsitektur antara Jawa dan Modern, dapat pula disimpulkan, bahwa pendirian Pendopo ini dimulai pada masa sekitar era kolonial.


Atap berbentuk joglo dengan beberapa penyangganya. (Donny)

Lebih lanjut Abdul Mujib mengkisahkan, “Syahdan, sepeninggal Mbah Bahu dan masa kepemimpinan berlanjut sampai pada era Lurah Soeradji di tahun 1970-an, pusat pemerintahan tidak lagi berada di Dusun Beji dan bergeser ke Desa Sawiji. Hal ini sejalan dengan penggabungan nama Dusun Beji dan Dusun Sawi yang akhirnya menjadi nama Desa Sawiji. Alhasil, aktivitas di Pendopo tidak seramai dahulu, dimana bangunan inti dan pelataran digunakan sebagai kantor Pemerintahan Desa Sawiji. Meski demikian, nilai kesejarahannya tetap terjaga. Untuk saat ini, Pendopo masih dirawat dan dijaga oleh ahli waris, dan masih dipergunakan sebagai kegiatan sosial dan pendidikan di Desa Sawiji.

Reporter/Foto: Donny Darmawan

Lebih baru Lebih lama