Ilustrasi anak berbicara dengan orangtua. (Ist)


NASIONAL -
Mengetahui penyebab anak gagap bisa membantu orangtua mencari tahu langkah apa yang harus dilakukan untuk mengatasinya. Gagap merupakan salah satu kondisi yang sering terjadi pada anak, terutama ketika memasuki fase berbicara, pada usia dua hingga lima tahun.

Ketika mengalami kegagapan, seorang anak kesulitan untuk mengungkapkan apa yang ingin dikatakan. Mereka biasanya akan terbata-bata dalam mengucapkan setiap kalimat. Namun, menurut dokter spesialis anak, dr. Bernie Endyarni Medise, Sp.A(K), MPH, hal tersebut masih dianggap wajar dan bisa hilang dengan sendirinya, seiring dengan perkembangan sang anak.

Baca Juga: Investasi Pembelajaran Lewat Menanam Pohon

dr. Bernie Endyarni Medise melanjutkan memang normal terjadi, kira-kira saat anak menginjak usia toddlers (balita). Gagap di usia itu masih dalam tahapan wajar, kalau memang kasusnya tidak terlalu berat.

Penyebab Anak Gagap
Kegagapan yang terjadi pada anak biasanya disebabkan karena belum terlalu lancar dalam berbicara. dr. Bernie Endyarni Medise mengungkap, biasanya gagap pada anak muncul ketika anak sedang dalam kondisi terlalu senang ataupun sebaliknya. Gagap ini biasanya muncul pas anak terlalu excited (senang) atau sebaliknya. Di kondisi itu, ketika anak ingin mengungkapkan sesuatu, jadinya terbata-bata. Tapi biasanya terbata-batanya hanya di awal atau beberapa kalimat saja.



Cara Mengatasi Gagap pada Anak
Meski begitu, dr. Bernie Endyarni Medise juga mengungkap cara mengatasi kondisi tersebut, tergantung seberapa parah kasus gagapnya. Kasus gagap yang masih ringan, yang hanya terbata-bata di satu atau dua kata awal dalam satu kalimat, diatasinya bisa dengan cara mendengarkan anak selesai bicara, lalu mengulang kalimat yang ia ucapkan dengan benar.

dr. Bernie Endyarni Medise menambahkan juga mengingatkan agar para orangtua tidak panik atau bersikap berlebihan (overreacting) ketika mengetahui bahwa anaknya gagap. Sedangkan, untuk kasus gagap yang lebih parah, biasanya ditandai dengan anak yang terbata-bata di semua kata, ketika mengucapkan satu kalimat.

Dia melanjutkan jika anak mengalami ini, orangtua perlu mencari pertolongan pada pakarnya, misalnya ke terapi wicara. Biasanya akan hilang sedikit demi sedikit. Tapi kalaupun enggak hilang, biasanya akan berkurang (frekuensi gagapnya).

Sumber/Rewrite: kompas.com/Tiyas Aprilia

Lebih baru Lebih lama