Pembacaan kitab Diniyah oleh peserta didik. (Donny)


MOJOWARNO –
Identitas Kota Santri yang melekat saat ini, turut merambah dunia pendidikan untuk berlomba meraih hasil maksimal di bidang keagamaan. Hal inipun lantas ditempuh melalui pembinaan tiga pilar pendidik, dari Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Diniyah, dan Muatan Lokal (Mulok) Keagamaan.

Penerapan metode keagamaan dikemas secara luwes dan menghilangkan paksaan dalam kurun waktu tertentu pada satu materi. Ini sengaja dilakukan, supaya peserta didik merasa nyaman sekaligus termotivasi mendalami ilmu keagamaan.

Sebagaimana SDN Japanan III Mojowarno, layanan yang diberikan kepada peserta didik turut mengacu pada pemaksimalan hasil pengejawentahan ketiga pilar pendidik di atas. Kepala SDN Japanan III Mojowarno, Siti Soelaikah, M.Pd. menjabarkan, pelayanan keagamaan difokuskan sebab mengacu pada kondisi dan dukungan dari lingkungan setempat.

Baca Juga: Penyebab Anak Gagap dan Cara Mengatasinya

“Beberapa waktu silam, sebelum kegiatan keagamaan digalakkan secara masif seperti saat ini, masyarakat masih belum banyak terlibat. Artinya pendidikan keagamaan berjalan, namun belum terfokus arahnya. Lambat laun, senapas dengan beberapa pembaruan pendidikan keagamaan seperti Tahfidz, masyarakat mulai tertarik dan ikut serta dalam menggaet potensi pendidik dan pembina sekitar yang sudah berkecimpung di pendidikan Alquran,” ujar Siti Soelaikah.

Guna memantabkan hasil dari proses tiga pilar keagamaan yang ada, Siti Soelaikah menegaskan, bahwa penerapan metode keagamaan dikemas secara luwes dan menghilangkan paksaan dalam kurun waktu tertentu pada satu materi. Ini sengaja dilakukan, supaya peserta didik merasa nyaman sekaligus termotivasi mendalami ilmu keagamaan.



Guru Pendidikan Agama Islam SDN Japanan III Mojowarno, Maksinul Azizah Kariani, S.Pd. membenarkan, keluwesan dalam praktik keagamaan ini terimplementasi dalam model pembimbingan hafalan Juz 30, Tahfidz, dan Baca Kitab Diniyah yang dapat dibina seluruh guru. Artinya, tidak selalu ada jadwal khusus untuk pertemuan, melainkan dapat dilakukan saban waktu dan guru harus selalu siap melayani.


Proses hafalan Juz 30 Ayat Alquran. (Donny)

Maksinul Aziza Kariani mengatakan, “Model penerapan semacam ini justru membuat peserta didik dan wali peserta didik terpantik untuk saling menempa diri dengan, menambah hasil tingkat hafalan. Sekaligus, kecakapan membaca Alquran dan Kitab Diniyah.”

Pembinaan Tahfidz Alquran. (Donny)

Sementara itu, Pembimbing Diniyah SDN Japanan III Mojowarnoyang juga Guru Taman Pendidikan Alquran setempat, Wahyu Nuril, menjabarkan, teknik dalam membidangi baca Alquran difokuskan pada metode Tartil. Kekhasan metode ini menempatkan, kelancaran dan pelafalan tajwid secara benar dan fasih. Sehingga, hasilnya selain lancar menghafal Alquran, peserta didik juga mampu melagukan huruf sesuai tajwid dengan benar.

Reporter/Foto: Donny Darmawan

أحدث أقدم