Balai desa lama Desa Kedungotok Tembelang. (Rabitha)


TEMBELANG – Mendengar nama Desa Kedungotok yang menjadi bagian dari Kecamatan Tembelang, sebagian masyarakat pasti merujuk pada sebuah aksesori berupa gelang “otok” yang umumnya digunakan pada bayi sejak zaman dahulu. Hal tersebut bukan sebuah kebetulan, sebab terdapat cerita masa lampau yang menghubungkan antara sejarah Desa Kedungotok dengan tumbuhan yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan Gelang Otok tersebut.

Baca Juga: Mendisiplinkan Anak Tak Perlu Pakai Kekerasan

Sesepuh Desa Kedungotok, Karsadji tak menampik bahwa asal mula berdirinya Desa yang berbatasan langsung dengan Anak Sungai Brantas itu dulunya sebelum menjadi sebuah pemukiman warga, wilayah ini sebagian besar merupakan daerah rawa. Rawa tersebut banyak ditumbuhi Tanaman Otok yang pada bagian batangnya dapat dimanfaatkan sebagai aksesoris berupa gelang atau kalung.



Pria yang akrab disapa Haji Karsadji itu mengungkapkan bahwa tradisi dan kepercayaan masyarakat tentang manfaat pemakaian gelang otok pada bayi kian populer saat itu, diantaranya adalah sebagai tanda bayi sehat hingga menolak bala. Hal tersebut menjadikan pemanfaatan Tanaman Otok kian banyak diburu warga.


Balai Desa Kedungotok Tembelang yang baru. (Rabitha)

“Seiring berjalannya waktu, sebagian besar rawa yang ada di wilayah tersebut mengering hingga dapat difungsikan menjadi permukiman warga dan perkebunan palawija. Sehingga dapat disimpulkan bahwa selain faktor alam berupa bencana kekeringan juga terdapat faktor manusia yang menyebabkan kini Tanaman Otok banyak yang mati dan sudah sangat jarang dijumpai,” terang pria yang dulunya juga sempat menjabat perangkat desa itu.

Gelang Otok yang dulunya banyak diproduksi masyarakat Desa Kedungotok. (ist)

Saat itu yang mencetuskan pembuatan kelompok masyarakat hingga menjadi sebuah desa adalah Mbah Pahing yang berasal dari Kabupaten Kudus, tutup Karsadji. Perihal tahunnya belum diketahui secara pasti, namun beberapa masyarakat mempercayai bahwa tahun 1902 menjadi titik awal berkumpulnya kelompok masyarakat.

Reporter/Foto: Rabitha Maha

Lebih baru Lebih lama