Peserta mencium replika batu hajar aswad. (Rabitha)


BANDAR KEDUNGMULYO –  Anak usia dini (0-6 tahun) merupakan masa penting pertumbuhan sehingga memerlukan stimulasi terhadap seluruh aspek perkembangan anak. Salah satu aspek yang penting untuk distimulasi yaitu aspek nilai agama dan moral. Perkembangan aspek nilai agama dan moral meliputi kemampuan mengenal nilai agama yang dianut, mengerjakan ibadah, berperilaku sesuai ajaran agama dan toleransi terhadap agama lain.

Tujuan dari kegiatan ini memberikan pengalaman yang optimal dan nyata dari segi alat peraga dan suasana sehingga berharap kedepannya dapat memotivasi anak didik untuk menjadi haji cilik dan kedepannya dapat menunaikan ibadah haji.

Sehingga sudah menjadi tugas orang dewasa yakni orangtua dan guru untuk mengajarkan ibadah wajib ataupun sunah kepada anak didik. Seperti yang diungkapkan Ketua Forum Kelompok Kerja Kepala TK Kecamatan Bandar Kedungmulyo, Siti Khalimah, S.IP., S.Pd.AUD. bahwa bagi anak didik yang beragama islam, terkait pengenalan praktik ibadah telah diajarkan hampir setiap hari di satuan pendidikan. Mulai dari pelafalan adab berdoa, praktik salat, mengenalkan puasa hingga menjelaskan dengan sederhana terkait ibadah haji.

Baca Juga: Cara Mendisiplinkan Anak di Sekolah Tanpa Kekerasan

Perempuan yang akrab disapa Bu Layla itu mengatakan bahwa mengenalkan ibadah haji bagi guru dan anak didik terasa begitu istimewa, sebab selain hanya dapat membayangkan, melihat gambar dan video ternyata anak didik juga sangat antusias ketika mengikuti praktik latihan manasik haji. Sehingga segenap pengurus IGTKI Kecamatan Bandar Kedungmulyo dengan kompak menyelenggarakan agenda Latihan Manasik Haji secara rutin setiap dua tahun diikuti sekitar 21 satuan pendidikan dengan berkerjasama dengan Wisata Edukasi Marwah Kota Kediri.



“Manfaat mengikuti latihan manasik haji tentu sangat beragam. Mulai dari menanamkan nilai agama dan moral yang kuat sejak dini karena ibadah haji merupakan rukun Islam yang kelima sebagai tanda penyempurnaan keislaman seseorang. Alasan berikutnya adalah agar siswa dapat mengenal pelaksanaan ibadah haji baik itu materi, praktek, dan beberapa tata tertib haji,” terang Siti Khalimah.

Peserta berdoa bersama. (Rabitha)

Ketua IGTKI-PGRI Kecamatan Bandar Kedungmulyo, Tin Trisnawati, S.Psi. menjelaskan bahwa praktik manasik haji sejatinya dapat digelar secara swadaya dan mandiri di satuan pendidikan ataupun secara berkelompok di setiap kecamatan. Kendati demikian pada guru juga dapat mengajak anak didik berserta walinya untuk berwisata edukasi manasik haji di lembaga khusus, sehingga lebih terasa nyata belajarnya. Hal ini bertujuan memberikan pengalaman yang optimal dan nyata dari segi alat peraga dan suasana sehingga berharap kedepannya dapat memotivasi anak didik untuk menjadi haji cilik dan kedepannya dapat menunaikan ibadah haji.

Peserta melakukan thawaf mengelilingi kabah. (Rabitha)

Tin Trisnawati mengatakan. “Menariknya tak hanya seputar rangkaian ibadah haji saja yang diajarkan kepada anak didik seperti tahapan melintasi terowongan mina, tawaf (mengelilingi kabah sebanyak tujuh kali), kemudian melaksanakan sa’I (berlari-lari kecil bolak-balik 7 kali dari Bukit Shafa ke Bukit Marwah dan sebaliknya), wukuf, melontar atau melempar jumrah hingga minum air zam-zam. Peserta didik juga melantunkan niat dan doa dengan mengenakan pakaian ihram lengkap dengan syal penanda kelompok dan kalung data pribadi dari rumahnya masing-masing.”

Kegiatan melempar batu jumrah ula, wustha dan aqabah. (Rabitha)

Koordonator Wilayah Kerja Pendidikan (Korwilker) Kecamatan Bandar Kedungmulyo, Arifin, S.Pd. yang juga turut hadir menyampaikan bahwa pemandu dan para guru sangat memprioritaskan keceriaan anak dan menjaga kondisi kegiatan ini tetap menyenangkan. Cuaca yang cenderung panas selama pelatihan, guru selalu mengingatkan untuk bersabar dalam menunggu antrean. Anak didik juga dapat belajar disiplin dalam mengikuti semua rangkaian kegiatan dan belajar mandiri dalam berada di tempat umum bersama teman kelompoknya.


Reporter/Foto: Rabitha Maha

أحدث أقدم