Kesuksesan sebuah pertunjukan teater tidak terlepas dari manajemen produksi yang ciamik. Kemampuan mengelola pementasan kesenian butuh tangan dingin nan kreatif dan jam terbang yang cukup. Inilah yang telah dilakoni oleh Nur Azizah – atau yang biasa disapa Zie – seorang guru sekaligus seniman teater di kota santri. Siapa dia?

 

JOMBANG – Sukses besar pentas teater Komunitas Tombo Ati (KTA) berlakon Darpana di awal Agustus 2025 tidak dapat dilepas dari peran Zie. Sebagai produser pementasan ada tiga aspek manajemen yang harus diemban dengan baik oleh Zie yaitu perencanaan, pengendalian dan pengawasan produksi. Kepiawaian ini bukan hal mudah namun telah ia pelajari sejak pertama kenal dunia akting.


Dunia seni teater bagi Zie menjadi bagian tak terpisah dari hidupnya, baik sebagai pemain peran maupun manajemen. Ia memilih seni teater awalnya untuk menjawab rasa “sepi” saat masih duduk di bangku sekolah.


“Saya dulu pemalu. Teater saya jadikan obat agar memiliki kepercayaan diri. Dan kini malah kebablasan jadi kesenangan dan bisnis, “ucap Zie tertawa disela latihan pentas Darpana, di Gedung Kesenian Jombang, (23/07).


Di Komunitas Teater Tombo Ati (KTA), Zie bergabung sejak tahun 2013 saat pentas “Semar Gugat”. Di masa itu dirinya masih kuliah di STKIP jurusan Bahasa Indonesia sambil bekerja di salah satu perusahaan di Pasuruan.


Persiapan sebuah pentas teater bagi Zie memiliki beragam tantangan, mulai pendanaan, peralatan, tim work, metode latihan dan juga waktu.


“Ada persiapan pentas yang butuh waktu hingga satu tahun.  Seperti pentas TK Alif Center Tunggorono yang pemainnya anak usia dini. Butuh kesabaran dan metode tersendiri. Misalnya cara melatih olah vokal, atau juga kemandirian. Karena anak-anak sangat mudah rewel bahkan menangis. Tapi nyatanya mereka bisa pentas dua kali. Sangat menyenangkan,” ujar perempuan yang kini tinggal di Corogo, Jogoroto ini.


Tantangan lain yang pelik adalah terbatasnya jumlah pelatih teater. Zie mengaku kesulitan mencari pelatih bagi sekolah yang ingin mengadakan ekstrakurikuler teater.


“Kalau anggapan teater tidak populer sudah tidak ada lagi. Banyak sekolah atau pondok di pelosok pun mulai tertarik mementaskan teater. Tapi justru mencari pelatihnya lumayan sulit. Beberapa rekan di Jombang rata-rata sudah memiliki kelompok binaan sendiri,” ungkap perempuan jago memasak ini.


Hingga saat ini banyak sekolah seperti  SMKN I Sooko Mojokerto, MA Al Itihad Tawangsari Trowulan, SMP SICH Jombang, SMPN 3 Peterongan, dan beberapa yang lainnya mempercayakan gemblengan teater kepada Zie. Kunci keberhasilan pembinaan teater di sekolah, menurut Zie adalah pengaturan jadwal dan disiplin latihan.


“Harus terbuka dengan pihak sekolah terkait jadwal latihan. Apalagi week end kerap menjadi rebutan banyak komunitas teater untuk pentas. Sehingga jadwal latihan selama dua jam hanya dapat saya lakukan usai jam kantor,” lanjutnya.


Mulai bergairahnya seni teater di dunia pendidikan di Kota Santri juga memunculkan ide bagi Zie untuk membentuk sebuah manajemen profesional. Berbendera Rimba Kreatif indonesia (RKI), ia bersama beberapa rekan sejawat merasa penting menjawab kebutuhan akan terciptanya ekosistem dunia teater yang lebih berkualitas.


“Kebutuhan kualitas dekorasi, kostum, properti, marketing, publikasi, dokumentasi, dan sejenisnya menuntut saya harus belajar ke kota lain tentang manajemen produksi. Tahun 2023 saya ke Yogyakarta ngangsu ilmu ini. Setelahnya saya bentuk RKI,” kenang murah senyum ini. - Berita selengkapnya baca di Majalah Suara Pendidikan edisi cetak dan diterbitkan sertiap bulan. Langganan  disini !  

– Arief F. Budiman 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Lebih baru Lebih lama