“Saya merupakan generasi kedua. Dahulu usaha ini didirikan ayah saya, memang dari semasa mudanya dahulu ayah sudah sering membuat songkok di Kabupaten Gersik bersama dengan paman. Barulah tahun 1995 ayah memutuskan pindah ke Jombang dan mulai menekuni usaha songkok ini,” papar Rosyid.

PLOSO – Suasana ramai tampak di sebuah rumah di Dusun Jatirowo, Desa Jatigedong, Kecamatan Ploso, Rabu (8/5) siang itu. Sejumlah orang tampak sibuk dengan pekerjaanya masing-masing. Ada yang sedang membuat pola, memotong kain, sibuk memasukan tumpukan songkok atau kopiah kedalam mobil. Beberapa orang tersebut merupakan karyawan yang bekerja kepada Mohammad Dian Rosyid seorang pengrajin songkok. Laki-laki yang baru berumur 23 tahun ini pada bulan Ramadan tengah sibuk memproduksi songkok pesanan dari berbagai daerah di Indonesia.

“Ya seperti ini kondisinya kalau bulan Ramadan, hampir tidak ada istirahatnya. Setiap tahun pada bulan Ramadan dan tahun ajaran baru sekolah selalu banyak pesanan songkok dari berbagai daerah di Indonesia. Khusus pada bulan Ramadan, produksi songkok meningkat hingga dua kali lipat dari bulan-bulan biasa,” ujar Mohammad Dian Rosyid ketik ditemui di rumahnya yang sekaligus menjadi bengkel songkoknya.

Laki-laki yang akrab di sapa Rosyid tersebut mengaku usaha songkoknya sudah berdiri sejak tahun 1997. Usahanya tersebut merupakan usaha turun temurun dari keluarganya. Namun sejak sang ayah sakit, usaha dengan nama Aneka Songkok itu lantas diteruskan Rosyid dari tahun 2016 lalu.

Baca Juga : Miami Dade College United State Amerika Belajar Toleransi di Jombang


“Saya merupakan generasi kedua. Dahulu usaha ini didirikan ayah saya, memang dari semasa mudanya dahulu ayah sudah sering membuat songkok di Kabupaten Gersik bersama dengan paman. Barulah tahun 1995 ayah memutuskan pindah ke Jombang dan mulai menekuni usaha songkok ini,” papar Rosyid.

Seringnya melihat sang ayah dan ibundanya membuat songkok membuat Rosyid tertarik akan menggeluti usaha tersebut. Sejak duduk dibangku kelas XI SMK PGRI Jombang dirinya sudah mulai menekuni dan mempelajari cara membuat songkok. Alhasil sekarang dirinya sudah mahir dalam membuat songkok meski dalam menjahit dirinya mengaku masih belum bisa.

Untuk bahannya, Aneka Songkok menggunakan kain bludru dan kertas karton guna bagian dalamnya, namun itu tergantung dengan kualitas songkok. Jika menggunakan kertas karton, Rosyid mengaku songkok akan tidak tahan lama dan cenderung panas. Melihat kelemahan-kelemahan itu, songkok produksi Aneka Songkok ada yang menggunakan bahan kain yang kaku dan keras sebagai pengganti kertas. Sedangkan bagian luar yang berbahan kain beludru didatangkan dari Korea.

“Harganya memang lebih mahal, tapi kami mengutamakan kualitas. Pemasarannya sementara ini masih beberapa wilayah di Indonesia seperti Sumatra, Jawa, Lombok dan sekitarnya. Kalau untuk luar negeri masih di Malaysia,” tambahnya.

Berjalan hampir 22 tahun, usaha yang ditekuni Rosyid juga banyak mengalami kendala. Seperti halnya mencari penjahit di Jombang untuk membuat songkok masih sulit, pasalnya jahitannya memang harus benar-benar pas agar songkok bagian dalam dan luar dapat terpasang presisi. Karenya dirinya harus menjahitkan bahannya di Lamongan. Kendala tersebut juga sempat menjadi penyebab gagalnya kesepakatan kerja dari Malaysia karena barang yang di pesan tidak sesuai target.

Aneka Songkok sendiri memproduksi total lebih kurang 100 varian. Namun ditilik dari jenisnya, secara umum terdapat empat jenis songkok yakni songkok biasa (nasional), songkok batik tangan, songkok bordir, dan songkok presiden. Keempat jenis songkok itu dibedakan berdasarkan kualitas bahan bakunya, terutama beludru.

Soal harga, songkok miliknya dia jual dengan harga bervariasi, mulai 15 ribu rupiah hingga 40 ribu rupiah per bijinya. Harga tersebut untuk tengkulak, biasanya di toko songkok miliknya, dijual kisaran 30 ribu rupiah hingga 80 ribu rupiah. Pada hari-hari normal, biasanya Rosyid mampu memproduksi 400 kodi dalam sebulan. Namun, jika pada bulan Ramadan ia memproduksi hampir dua kali lipat dari bulan-bulan biasanya.

“Alhamdulillah Omzet perbulannya kurang lebih 10 juta rupiah,” tutur Mohammad Dian Rosyid. aditya eko
Lebih baru Lebih lama