Kecintaan Jefri Setiawan pada burung yang memiliki nama ilmiah Strigiformes ini karena berbeda dengan jenis burung lainnya. Selain itu matanya menatap tajam kedepan, sedangkan kebanyakkan burung posisi matanya disamping. Kendati sebagai predator, burung hantu tak memiliki gigi untuk memakan mangsanya.

JOMBANG - Burung hantu memang tergolong sebagai satwa yang dilindungi di Indonesia. Namun dari pelbagai jenis burung hantu yakni sekitar 54 jenis, baru 16 jenis burung hantu yang dilindungi seperti yang diungkapkan oleh Antropolog dari The Owl World of Indonesia, sebuah organisasi peduli burung hantu. (dikutip dari news.okezone.com).

Meski baru 16 jenis burung hantu yang dilindungi, dalam pemeliharaan secara pribadi harus memperhatikan kondisi burung pemakan daging ini. Jangan sampai salah penanganan sehingga menyebabkan kematian. Sehingga populasi burung hantu lambat laut bisa punah.

Laiknya yang dilakukan Jefri Setiawan, lelaki yang tinggal di Desa Plandi, Kecamatan Jombang ini mengakui bahwa dari awal harus diperhatikan perawatannya. Jangan sampai salah penanganan, sebab pada dasarnya burung hantu adalah predator dalam ekosistem sehingga membutuhkan kehidupan yang bebas. Untuk itu harus diperlakukan serupa agar tidak mengalami stres, bahkan kematian.


Baca Juga : Sri Hartatik Perempuan Penuh Kedisiplinan

“Kalau baru memperoleh dari alam liar, maka kandang harus disesuaikan dengan kondisi alam atau kehidupan barung hantu. Lantaran burung hantu lebih banyak beraktifitas di malam hari, maka saat siang harus dibuat gelap,” terang ayah satu anak ini.

Ditambahkan Jefri Setiawan, bila memelihara burung hantu ini memerlukan cukup banyak biaya. Burung yang terkenal dalam serial Herry Potter ini tergolong hewan karnivora (baca: pemakan daging) sehingga makanan harus disediakan khusus. Demikian soal penangan kebersihannya, diketahui dengan segala keunggulannya burung hantu menyukai kondisi lingkungan yang bersih. Praktis pemelihara mesti rajin membersihkan kandang serta merawat kesehatannya. Terlebih karakternya yang mudah stres, makin tinggi tingkat stresnya malah sulit dipelihara.

Kecintaan Jefri Setiawan pada burung yang memiliki nama ilmiah Strigiformes ini karena berbeda dengan jenis burung lainnya. Selain itu matanya menatap tajam kedepan, sedangkan kebanyakkan burung posisi matanya disamping. Kendati sebagai predator, burung hantu tak memiliki gigi untuk memakan mangsanya.

Seyampang itu burung hantu memiliki kepintaran yang setara dengan burung paruh bengkok (parrot). Bahkan butuh disapa agar cepat menjadi jinak dan membuatnya percaya kepada perawat atau pemiliknya. Jika sudah muncul kepercayaan seperti itu, burung akan merasa aman dan nyaman ketika didekati. Karena itulah, burung hantu tidak akan mau melepaskan diri atau kabur begitu ditaruh dalam tenggeran tanpa tali pengikat.

Jefri Setiawan menjelaskan, “Burung hantu milik saya jenis Otus atau Celepuk, klasifikasinya masih aman untuk dipelihara karena belum masuk jenis yang dilindungi.”

Mengenai mitos yang berkembang tentang hewan malam ini, Jefri Setiawan tak begitu menanggapi serius. Misalnya di Inggris, menganggap kedatangannya sebagai keberuntungan. Sementara di Indonesia sendiri burung hantu sangat lekat akan dunia mistis.

Burung hantu terdiri dari dua suku (familia), yakni suku burung serak atau burung hantu gudang (Tytonidae) dan suku burung hantu sejati (Strigidae). Banyak dari jenis-jenis burung hantu ini yang merupakan jenis endemik atau menyebar di satu pulau atau wilayah saja di Indonesia, terutama dari marga Tyto, Otus (celepuk), dan Ninox. aditya eko
Lebih baru Lebih lama