“Metode yang harus dilakukan untuk mempersiapkan post test dengan mencermati modul secara seksama. Kemudian mengkaitkan dengan permasalahan pembelajaran di kelas masing-masing. Selanjutnya menyelesaikan semua Lembar Kerja (LK) dan soal pada modul. Serta mengembangkan soal secara mandiri atau kelompok untuk lebih mendalami materi modul tersebut,” - Narasumber SD Kelas Atas, Susiatin, S.Pd. –

JOMBANG – Guna meningkatkan kompetensi profesi guru, maka dilaksanakannya Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) 2019. PKB berlandaskan pada kebutuhan guru dengan bertahap dan berkelanjutan agar mencapai nilai di atas standar kompetensi profesi guru saat ini yang mendapatkan nilai merah secara mayoritas.

Kepala Seksi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar, Abdul Majid, S.Psi. menyatakan, “Melalui PKB 2019 telah dilakukan pemetaan kompetensi guru melalui Uji Kompetensi Guru (UKG), sehingga dapat diketahui kondisi objektif guru dan kebutuhan peningkatan kompetensinya. Hal tersebut merupakan tindak lanjut hasil pelaksanaan UKG pada tahun 2016 yang bernama guru pembelajar.”

Baca Juga : 
Festival Panji Nusantara Memanggungkan Budaya Transformatif

Abdul Majid juga menambahkan, implementasi program pelatihan guru dilaksanakan berbasis komunitas guru dan tenaga kependidikan (komunitas GTK). Salah satu prioritas program Direktorat GTK adalah dengan memberdayakan komunitas GTK melalui pusat kegiatan Komunitas Kerja Guru (KKG), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Musyawarah Guru Bimbingan Konseling (MGBK), Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) dan MKPS.




Narasumber jenjang SD Kelas Atas, Susiatin, S.Pd. menjelaskan, “PKB sangat dibutuhkan oleh guru khususnya di Kabupaten Jombang. Sebab pada intinya semua guru harus melakukan pengembangan diri (PD). PKB merupakan salah satu bagian dari PD.”

Perempuan yang juga menjabat sebagai Kepala SDN Yanti juga menambahkan, ketika proses PD dilaksanakan, terdapat kendala yang dihadapi saat pemberian materi jenjang SD. Susiatin bercerita jika kendala peserta saat ini ialah kurang terampilnya memahami modul-modul yang harus dikuasai dalam PKB. Lantaran bentuknya yang disajikan dalam bentuk file, sehinga mayoritas peserta terkendala serta merasa kesulitan membacanya. Pasalnya mereka tak terbiasa membaca di laptop serta lebih menyukai hard copy (buku). Sehingga terdapat penawaran untuk secara mandiri mencetakkan dalam bentuk buku.

“Metode yang harus dilakukan untuk mempersiapkan post test dengan mencermati modul secara seksama. Kemudian mengkaitkan dengan permasalahan pembelajaran di kelas masing-masing. Selanjutnya menyelesaikan semua Lembar Kerja (LK) dan soal pada modul. Selanjutnya mengembangkan soal secara mandiri atau kelompok untuk lebih mendalami materi modul tersebut,” terang Susiatin.




Instruktur Nasional (IN) dan narasumber jenjang TK, Atik Manfaatin, S.Pd. AUD. mengulas, bahwa kompetensi yang dipelajari saat ini sudah terintegrasi pada pendidikan karakter. Selain itu juga ditambahkan pula gerakan literasi nasional. Sehingga sajian modul saat ini, sudah mengalami revisi dengan pendidikan penguatan karakter dan gerakan literasi nasional.

“Tanggapan positif diberikan oleh para peserta, hal tersebut lantaran sebagai pilihan profesi yang selulu dituntut untuk profesional. Oleh karenanya secara individu mengupayakan diri untuk meningkatkan kemampuannya, secara pedagogik maupun profesionalnya,” ungkap Atik Manfaatin.

Perempuan yang juga menjadi Asesor PAUD ini menambahkan, PKB saat ini didominasi oleh peserta dengan usia tengah baya. Pada dasarnya dalam satu pertemuan dijadwalkan dua modul, karena terkendala produktifitas tak lagi sama, maka tidak mampu dipaksakan. Hal tersebut agar konsentrasi mampu terjaga dan proses memperbaiki nilai kompetensinya juga menemukan solusinya.

“Sehingga mampu memilih kebutuhan apa saja untuk peningkatan kompetensinya tahun ini. Pasalnya untuk meningkatkan standar nilai yang terdahulu 2016 dari minimal 65 menuju mininal tahun ini 70 perlu adanya penguasaan materi dalam modul yang matang. Sehingga yang perlu juga diperbaiki ialah semangat belajarnya, pasalnya pendidikan bersifat dinamis. Anak didik yang dihadapi saat dulu berbeda dengan yang sekarang. Pembelajaran harus inovasi dan kreatif serta menciptakan pembelajaran menyenangkan agar tidak menjadi beban,” ucap perempuan yang sering dipanggil Atik itu.

Narasumber dari TK Ar Rahman, Nur Fatim Nikmah, S.Pd.AUD. menyatakan dalam analisisnya, “Secara praktiknya sangat menguasai bahkan sudah baik tetapi ketika dihadapkan pada studi kasus berdasarkan teori ini, secara keseluruhan mentah begitu saja. Hal ini sebab masih kurangnya kemampuan mengingat dari teori yang sudah dipelajari.”




Nur Fatim Nikmah berpendapat, sehingga menjadi salah satu solusinya ialah dengan situasi belajar yang nyaman dan menyenangkan. Didukung pula dengan pertanyaan yang mengembalikan studi kasus tersebut. Hal ini sebagai tolak ukur sejauh mana materi yang mereka pelajari diserap. Baru kemudian diberikan beberapa poin yang menguatkan pemahaman mereka. Ditambahkan juga lembar kerja dan latihan soal guna refleksi belajar bersama yang relevan.

“Penilaian yang diberikan pada akhir perjumpaan PKB 2019 ini diantaranya nilai sikap, nilai kerterampilan yang kemudian dijumlahkan hingga menjadi nilai akhir setiap peserta. Tentu diakumulasikan dengan nilai post test,” ujarnya.

Fatim panggilan akrabnya, menjelaskan bahwa strategi kegiatan ini bersifat tentatif dan dapat dikembangkan dengan model pembelajaran untuk orang dewasa yang akomodatif terhadap pembelajaran fasilitas kepada peserta. Guna mengungkapkan, mengolah, menganalisis, menggeneralisasi dan menerapkan pengalaman. Adapun dalam pelaksanaan pelatihan, fasilitator dapat mengembangkan pembelajaran yang variatif serta menampilan tayangan berupa kejadian, kasus yang bersifat situasional sesuai dengan materi yang disampaikan. Sehingga untuk pendalaman materi pelatihan, peserta melakukan kegiatan diskusi kelompok, tugas kelompok, tugas mandiri dan didorong kreativitas dalam proses belajar mengajar. chicilia risca
Lebih baru Lebih lama