Sugiyono mengisahkan bahwa dia sudah mulai membatik sejak tahun 1974. Dari situ kemudian terus berlanjut hingga pada tahun 1978 hingga 1980. Sugiyono yang kala itu tengah menempuh pendidikan di Sekolah Pendidikan Guru (SPG) kerap terpilih untuk tampil membatik di acara Pameran Pembangunan yang diadakan di Aloon-aloon Jombang.

PETERONGAN – Setelah batik ditetapkan sebagai warisan budaya dunia melalui UNESCO, maka kesenian kria asal Indonesia ini pun makin mendunia. Bahkan sangking khasnya, di tiap daerah mempunyai khasanah karakteristik tersendiri.

Akhirnya batik pun bermetamorfosis menjadi sebuah cermin atau gambaran suatu daerah. Bisa berkenanan dengan kehiduapan masyarakatnya, kebudayaannya, hingga pelbagai hal yang mewakili daerah tersebut.

Tidak seperti batik asal Solo, Yogyakarta, ataupun Pekalongan yang sudah memiliki motif khasnya masing-masing, Kabupaten Jombang yang juga tengah mengembangkan batik sebagai identitas khas daerah masih harus terus mengeksplorasi desain serta motif yang sesuai dan bisa menggambarkan keadaan Jombang secara representatif. Sehingga ketika motif batik tersebut digunakan sebagai busana atau barang produksi lain dapat segera dikenali sebagai motif khas Jombangan.


Baca Juga : Seleksi Kepala Sekolah Menyarikan yang Pemimpin Terbaik

Dari sekian banyak pembuat desain dan motif batik Jombangan adalah Drs. Sugiyono, M.MPd. Sugiyono merupakan salah satu sosok yang tidak boleh dilupakan. Motif batik buatannya pernah dijadikan sebagai seragam sekolah di Kabupaten Jombang.

Sugiyono mengisahkan bahwa dia sudah mulai membatik sejak tahun 1974. Dari situ kemudian terus berlanjut hingga pada tahun 1978 hingga 1980. Sugiyono yang kala itu tengah menempuh pendidikan di Sekolah Pendidikan Guru (SPG) kerap terpilih untuk tampil membatik di acara Pameran Pembangunan yang diadakan di Aloon-aloon Jombang.

“Sosok yang menulari saya untuk membatik adalah Mbah Bude (kakak perempuan dari kakek/nenek). Dari beliau saya mulai tertarik untuk menekuni batik,” tutur Sugiyono.

Pria 58 tahun ini mengaku sejatinya dia ingin melanjutkan jenjang pendidikan dengan fokus kesenian. Namun karena dirinya sudah terlanjut menempuh pendidikan di SPG dan terlanjur diterima pada seleksi Pegawai Negeri Sipl (PNS) sebagai guru, maka mau tidak mau dia harus meneruskannya.

Meski begitu, Sugiyono nyatanya masih mampu untuk berkarya dan mengembangkan gairahnya dalam dunia kesenian khususnya batik. Hal ini dibuktikan dengan terpilihnya bapak dua putri ini menjadi pengajar sekaligus penguji untuk kursus dan pelatihan membatik.

Kendati disibukkan dengan kegiatan pelatihan membatik ke berbagai daerah di luar tugas utamanya sebagai Kepala SDN Morosunggingan Peterongan, Sugiyono ternyata masih mampu menciptakan desain motif batik Jombangan baru.

“Jumlahnya tidak pasti. Kadang satu malam bisa dua desain motif. Tergantung bagaimana inspirasinya. Ketika mendapat inspirasi segera digambarkan saja. Finalisasi desain akhirnya bisa menyusul,” tutur Sugiyono.

Namun ditekankan oleh pria asal Plandaan ini, dalam proses pembuatan desain tidak hanya sekedar menggambar motif tapi juga melakukan perenungan dan meditasi (tafakur). Sehingga antara desain yang dihasilkan bisa selaras dengan filosofi serta nilai yang diharapkan.

Sementara itu, mengenai motif batik Jombangan yang masih terus banyak dikembangkan, Sugiyono menyebut bahwa dasar pencetakan desain motif batik Jombangan bisa berawal dari relief yang ada di Candi Arimbi. Menurutnya relief yang ada di candi yang terletak di Desa Ngrimbi, Kecamatan Bareng itu menggambarkan kondisi warga Jombang dahulu. Sehingga sangat cocok jika diadopsi, diadaptasi, dan dikembangkan menjadi motif batik Jombangan.

“Selain dapat mengambil dari relief Candi Arimbi, motif batik Jombangan juga dapat dipadukan dengan budaya serta tradisi khas yang berkembang di tiap-tiap kecamatan (daerah). Dapat juga mengambil dari filosofi-filosofi keislaman (kehidupan pondok) yang ada di Jombang. Saat mendesain batik Jombangan pun juga harus memperhatikan kemajemukan masyarakat yang kental dengan budaya dan agama agar motif yang tercipta bisa merepresentasikan Jombang dengan baik,” tutup Sugiyono. fitrotul aini.
Lebih baru Lebih lama