Awal mula Candra terjun dalam dunia komponis ini bisa dibilang melalui jalur semi otodidak. Ia tertarik kemudian belajar mengenai komposisi lagu dari seminar yang diikutinya pada tahun 2017 di Surabaya. Setelah itu dikembangkannya sendiri dan semakin dimantapkan dengan workshop arahan Tony Maryana.

JOMBANG – Kabupaten Jombang seolah tidak pernah habis melahirkan orang-orang hebat dan berbakat. Kali ini datang dari dunia musik. Putra asal Dusun Tapen, Kudu, Jombang berhasil terpilih mewakili Indonesia dalam ajang ASEAN Youth Ensemble (AYE).

Pria itu adalah Candra Bangun Setyawan. Pria kelahiran 28 Juli 1993 ini terpilih setelah karyanya terpilih untuk ditampilkan pada acara yang dihelat pada 23-31 Agustus di Princess Galyani Vadhana Institute of Music, Thailand. Candra begitu sapaan akrabnya, terpilih mewakili Indonesia dalam kategori komposer.

“Benar-benar tidak menyangka bisa terpilih dan mewakili Indonesia dalam ajang ini karena ini adalah kesempatan yang sangat luar biasa untuk dapat tampil dan berinteraksi dengan musisi dan komponis berbagai negara. Kesempatan ini juga merupakan sebuah kesempatan yang langka dimana komponis muda Indonesia diundang dan dipercaya untuk mempresentasikan gagasannya di depan para musisi dan komponis dari negara lain,” urai Candra Bangun Setyawan.


Baca Juga : Usulan Program dan Anggaran Disdikbud Jombang 2020 Berharap Ada Kenaikan

Awal mula Candra terjun dalam dunia komponis ini bisa dibilang melalui jalur semi otodidak. Ia tertarik kemudian belajar mengenai komposisi lagu dari seminar yang diikutinya pada tahun 2017 di Surabaya. Setelah itu dikembangkannya sendiri dan semakin dimantapkan dengan workshop arahan Tony Maryana.

Namun kecerdikan Candra Bangun Setyawan dalam mencipta sebuah karya musik nyatanya sudah didasari oleh kemampuan dirinya memainkan beberapa alat musik. Meski yang diakui oleh anak tunggal itu alat musik gitarlah yang benar-benar paling dikuasainya.

Perjalanan bermusik lulusan S1 Pendidikan Seni Musik di salah universitas negeri di Malang ini berawal dari ketertarikannya pada tetangganya yang bisa bermain gitar. Dari situ Candra muda kemudian penasaran dan minta untuk diajari. Proses belajar bermusiknya semakin mantap ketika mengikuti les musik di Yamaha Music School pada tahun 2007 hingga 2008.

“Di periode itu saya benar-benar gandrung dengan bermain gitar. Sepulang sekolah atau ketika waktu-waktu senggang saya habiskan dengan bermain gitar. Ikut ngeband dengan teman-teman sekolah dan tampil di beberapa festival,” jelas Candra Bangun Setyawan.

Seiring berjalan waktu dan semakin seringnya ia bermain musik, lambat laun membuat pria yang kini menjadi guru Seni dan Budaya di SMA Kosgoro 2 Kudu ini ingin mencoba sesuatu yang baru. Ia ingin coba-coba untuk menciptakan karya berupa aransemen musik.

Candra mengakui bahwa perkembangan komposisi musik saat ini sudah berkembang ke beragam aspek. Musik sudah tidak lagi stagnan pada musik akustik akan tetapi sudah mulai merambah pada musik digital. Bunyi-bunyian dari alam atau alat musik akustik direkam kemudian diolah dengan aplikasi komputer hingga bisa mengeluarkan bunyi yang berbeda dari sebelumnya.

“Dari sekian banyak pengalaman mengikuti kompetisi komposisi, hal yang paling membahagiakan tentu ketika karya komposisi saya bisa dimainkan oleh musisi sesuai dengan apa yang saya bayangkan dan harapkan. Kedepannya semoga bisa terus berkarya dan menghasilkan karya-karya yang lebih bagus dan bermanfaat,” ungkap Candra Bangun Setyawan. fitrotul aini.
Lebih baru Lebih lama