“Saya penikmat seni dari sentuhan goresan lambang yang mempercantik tampilan setiap keris. Meski keris selalu dibawa dalam urusan mistis, namun hal utama ialah keunikan serta nilai seni ukir besi yang menjadi prioritas utama pada setiap koleksi saya.” - Kanit Satlantas Polres Jombang, Sulaiman -

JOMBANG – Bermula dari semasa kecil yang tak miliki larangan untuk bermain bersama teman usai pulang sekolah. Suatu ketika usai bermain, Sulaiman kecil berkunjung ke makam leluhur dan menemukan pusaka keris dengan panjang lebih kurang delapan senti meter. Sejak saat itu ketika duduk dibangku SMP kelas VII, dirinya mulai menyukai dan mengumpulkan barang temuannya yang dijumpai.

Kolektor keris, tombak, dan batu di Jombang, begitu sebutan pria asal Dusun Kayen, Desa Kayangan, Diwek ini. Sudah empatpuluh tahun lebih mengoleksi keris. Maka tak heran jika kini koleksinya sudah mencapai lebih kurang delapan ratus keris dengan nilai benda yang dianggap keramat tersebut mencapai ratusan juta rupiah. Keseluruhan tersimpan rapi dalam ruangan berukuran 4x6 meter persegi.

“Keris yang saya koleksi, merupakan peninggalan dari zaman kerajaan. Sejak dari zaman Mataram Kuno, Singosari, hingga Majapahit. Saya mendapatkan beberapa koleksi ini secara pribadi dan dari teman, saudara, serta tamu yang menawarkan datang ke rumah,” tutur pria yang juga menjabat sebagai Kepala Unit Kecelakaan (Kanit Laka ) Satlantas Kepolisian Resor (Polres) Jombang.

Koleksinya sangat beragam, mulai dari keris berukuran kecil delapan senti meter, hingga lebih kurang satu meter panjangnya menghiasi ruangan tempat penyimpanan pusakanya. Setiap keris memiliki arti serta bentuk yang unik untuk dinikmati unsur estetika seninya. Sulaiman terkagum atas cara para pande besi terdahulu membentuk batang keris dengan sentuhan seni yang demikian menariknya.

Baca Juga : 2021 Jombang Bakal Punya Gedung Kesenian

Pria 53 tahun menjelaskan, “Saya penikmat seni dari sentuhan goresan lambang yang mempercantik tampilan setiap keris. Meski keris selalu dibawa dalam urusan mistis, namun hal utama ialah keunikan serta nilai seni ukir besi yang menjadi prioritas utama pada setiap koleksi saya.”

Ditambahkannya, bahwa setiap rekan atau tamu yang datang membawa keris kepadanya, Ia tak pernah menawar harganya. Bahkan baginya wajib untuk memberikan imbalan yang diistilahkan sebagai mahar bagi para tamunya dengan melebihkan nominal dari kesepakatan harga beli.

“Meski koleksi saya banyak diminati kolektor, saya tak memperjualbelikan. Namun jika terdapat seseorang yang menginginkan serta selaras dengan keinginannya, tidak perlu mengganti dengan uang atau mahar akan secara sukarela saya berikan,” ucapnya yakin saat ditemui di ruang kerjanya.

Alasan utama pria dua anak ini ialah untuk menyelamatkan benda-benda pusaka peninggalan para leluhur. Disana Ia seperti merasakan ada ketentraman dan kepuasan tersendiri hingga kini. Bagi Sulaiman, ketentraman yang didapatkan dari pelestarian warisan leluhur lebih bernilai daripada uang.

Keris yang dimiliki Sulaiman tentu dirawat seperti dibersihkan, dijamas, dan diwarangi. Dia dibantu temannya untuk merawat dengan keahlian khusus. Menurutnya, keris benda budaya hasil ciptaan nenek moyang yang indah dan perlu untuk dirawat dengan baik.

Perawatannya dengan membersihkannya dengan kain kering yang bertujuan menghempas debu. Kemudian dilumuri dengan minyak khusus seperti minyak melati, minyak kemiri, dan minyak cendana keraton.

“Keris memiliki tampilan yang indah, bentuk pamornya yang menggambarkan bermacam-macam. Bentuknya dari semua zaman terdapat ciri khas seperti luk dan lekuk. Seperti pada zaman Majapahit cirinya ialah agak kecil dan seperti tindik,” cerita Sulaiman. chicilia risca
Lebih baru Lebih lama