Penuturan dari warga setempat bahwa mitos itu bukan menjadi alasan menjadikan macan sebagai simbol. Suwandi menyebut, keberanian Prabu Siliwangi yang diharapkan dipetik oleh siapa saja yang berkunjung ke masjid ini. Simbol macan putih dipilih karena kharismatik yang dimilikinya.

JOMBANG – Masjid Dung Macan dikenal sebagai masjid tertua di Desa Sambong Kecamatan Jombang dan masih bertahan sampai sekarang. Masjid ini masih terlihat kokoh meski sudah beberapa kali direnovasi dan dilebarkan tempatnya agar mampu memuat jamaah salat lebih banyak. Menurut catatan di sejumlah sumber, setidaknya masjid ini sudah ada sejak 1948, yang sebelumnya menggantikan surau atau langgar kecil dilokasi tersebut.

Penyebutan nama Masjid Dung Macan, sesuai dengan nama lokasinya yang berada di Kedung Macan. Lebih tepatnya terletak di daerah perempatan lampu merah Sambong santren. Jika dilihat sekilas tidak ada yang berbeda dari masjid-masjid pada umumnya. Dari setruktur bangunan hingga modelnya pun sama.

Namun jika ditelisik lebih dalam, di sebelah Selatan masjid itu berdiri jam matahari seperti disampaikan Jamaah Masjid Dung Macan, Bahrudin. Jam matahari ada jauh sebelum ia dilahirkan, sehingga penentuan waktu salat dapat dari cerita orangtua terdahulu. Bentuknya yang relatif kecil membuat jemaah sering tidak menyangka bahwa benda setinggi 100 sentimeter dengan keliling 240 sentimeter persegi itu adalah jam matahari.

Baca Juga : Menunggu Buah Hati Sembari Pemberdayaan Ekonomi


Jam matahari berupa sebatang besi tembaga menancap di tengah-tengah permukaan tembok berwarna putih. Di batang besi tembaga itu dibagi dalam enam ruas, penentuan waktu dilihat dari jatuhnya bayangan.

“Apabila matahari tepat di atas batang besi tembaga, tidak ada bayangan besi tembaga yang ke permukaan tembok, berarti waktu salat Duhur sudah tiba. Sebaliknya, jika masih ada sedikit bayangannya waktu salat belum sampai,” tutur Bahrudin.



Selain itu sebelum masuk di area masjid, terdapat dua patung macan putih dengan ukuran besar. Tidak banyak yang mengetahui makna dari pembangunan patung macan putih tersebut. Namun beberapa warga sekitar ada yang menyangkut pautkan dengan Prabu Siliwangi.

Dihimpun dari berbagai sumber, Prabu Siliwangi diketahui selalu didampingi macan putih. Alkisah diceritakan, pewaris trah kerajaan Galuh dan Pakuan tersebut bertemu dengan sosok gaib harimau atau macan putih saat sedang berkelana. Kemudian raja macan putih dan Prabu Siliwangi bertempur hingga akhirnya sang macan kalah. Sejak saat itu, raja macan putih dan seluruh kawanannya mengabdi sebagai hamba setia Prabu Siliwangi.

Prabu Siliwangi mengangkat raja macan putih sebagai panglima perang dari dimensi kerajaan gaib. Meski era kerajaan Pajajaran sudah berlalu, namun tak sedikit mitos dan legenda yang diceritakan. Di tempat-tempat yang menjadi petilasan Prabu Siliwangi, sering dikabarkan terlihatnya sosok macan putih.

Penuturan dari warga setempat bahwa mitos itu bukan menjadi alasan menjadikan macan sebagai simbol. Suwandi menyebut, keberanian Prabu Siliwangi yang diharapkan dipetik oleh siapa saja yang berkunjung ke masjid ini. Simbol macan putih dipilih karena kharismatik yang dimilikinya. Selain itu, macan putih simbol raja hutan dinilai menjadi ciri kekuatan dan kegagahan. Banyak pula masyarakat yang beranggapan bahwa patung macan putih tersebut hanya sebagai tetenger (penanda, Jawa) dari tempat tersebut yang bernama Kedung Macan. 
 aditya eko
Lebih baru Lebih lama