Desa Kayen, Kecamatan Bandar Kedungmulyo, terdapat 70 kepala keluarga yang menggantungkan rezekinya dengan menjual olahan mie. muncul ide kreatif dari salah satu warga sekitar untuk mengukuhkan Desa Kayen sebagai Kampung Mie Indonesia (KAMMII).

BANDAR KEDUNGMULYO, MSP –
Begitu banyak varian olahan mie menjadi favorit tersendiri bagi pecinta kuliner. Sejalan akan hal itu, pergerakan roda ekonomi di dalamnya berjalan begitu cepat. Sehingga saat ini dengan mudahnya menemukan penjual olahan berbahan dasar mi di pinggir jalan ataupun depot makanan.

Seperti Desa Kayen, Kecamatan Bandar Kedungmulyo, terdapat 70 kepala keluarga yang menggantungkan rezekinya dengan menjual olahan mie. Setelah adzan maghrib berkumandang, sela beberapa menit gerobak-gerobak penjual mie pasti terlihat keluar dari halaman rumah dan menyebar ke wilayah dagang masing-masing.

Bahkan, banyak ditemukan penjual mie di luar Jawa berasal dari dusun di kota santri. Sehingga muncul ide kreatif dari salah satu warga sekitar untuk mengukuhkan Desa Kayen sebagai Kampung Mie Indonesia (KAMMII). Dalam prngukuhan sekaligus launching, panitia mengadakan sebuah event memasak mi antar sesama pedagang.

Ketua Panitia Penyelenggara KAMMII, Kholifah memaparkan, “Pada gelaran yang pertama ini, sekaligus menjadi launching Desa Kayen sebagai KAMMII dan akan diagendakan pelaksanaanya rutin setiap tahun dengan kemasan berbeda.”

Awal mulanya ide kreatif tersebut muncul dari salah satu warga bernama H. Abdul Kholiq Hamid, pendiri yayasan santunan anak yatim di Desa Kayen yang ingin merayakan tanggal 10 Muharram. Pria asli dari desa itu pun bertekad untuk meningkatkan perekonomian warga sekitar serta mengangkat derajat anak yatim binaannya agar bisa diterima masyarakat.

Saat kabar akan diselenggarakannya lomba tersebar di masyarakat, banyak pro kontra bermunculan. Banyak warga menanyakan tujuan acara tersebut, ada juga yang meragukan keberhasilan perlombaan. Tetapi berkat kesabaran panitia dalam memberikan pengertian terhadap masyarakat, akhirnya partisipan berdatangan mendaftar sebagai peserta lomba.

Pendaftaran peserta pun tidak dipungut biaya, semua ditanggung sponsor, donatur dan pihak yayasan. Pemenang perlombaan mendapatkan hadiah sejumlah uang dari panitia serta sponsor. Sedangkan keberadaan donatur adalah sebagai pemberi santunan kepada anak yatim agar bisa sama-sama menikmati kemeriahan acara.

Peserta lomba memasak mencapai 28 pedagang. Ternyata dari puluhan peserta, ada beberapa peserta dari luar Desa Kayen yang mencoba peruntungan mengadu skill dalam mengolah mie. Hanya saja keberuntungan belum berpihak pada mereka, juara 1, 2 dan 3 diperoleh warga sekitar.

“Juri pada ajang ini pun tidak bisa dipandang sebelah mata. Panitia telah mengundang 3 juru masak yang benar-benar ahli, 1 orang master chef perwakilan sponsor di Jakarta dan 2 master chef ternama dari Surabaya,” kekeh wanita berhijab.

Launching diadakan pada tanggal (15/10) dihadiri langsung oleh Wakil Bupati Kabupaten Jombang, Hj. Mundjidah Wahab dan pengisi acara dari ibu kota. Keberadaan Wakil Bupati datang sebagai donatur untuk 350 yatim piatu serta untuk meresmikan Desa Kayen sebagai KAMMII.

Riuh gembira tampak dari sorak sorai peserta lomba dan penonton. Diawali bunyi kentongan dari ketua panitia kemudian diikuti peserta, menandai mulainya perlombaan. Animo tinggi saat acara berlangsung menepis keraguan masyarakat yang semula kontra pada acara ini. Sehingga tahun depan acara serupa akan dilaksanakan lagi sebagai wujud penobatan KAMMII, tetapi dengan kemasan berbeda. fakhruddin
Lebih baru Lebih lama