Tradisi Sedekah Bumi identik dengan rasa syukur atas melimpahnya panen perkebunan atau pertanian para petani. Tetapi sebagian masyarakat beranggapan, bahwa semua hasil capaian manusia di bumi ini adalah berkah dari Tuhan yang harus disyukuri.

JOMBANG, MSP –
Meski perkembangan zaman tidak terelakkan lagi, tetapi budaya-budaya lokal masih terus dijunjung tinggi sebagian kalangan masyarakat. Terbukti dari beberapa pagelaran peringatan hari besar Nasional di kota santri. Penduduk Jombang mampu menyuguhkan budaya kearifan lokal yang tak hilang tergerus perubahan zaman, salah satunya adalah Sedekah Bumi.

Zaman dulu, tradisi Sedekah Bumi identik dengan rasa syukur atas melimpahnya panen perkebunan atau pertanian para petani. Tetapi sebagian masyarakat beranggapan, bahwa semua hasil capaian manusia di bumi ini adalah berkah dari Tuhan yang harus disyukuri. Sehingga diadakannya sedekah bumi tidak terbatas pada perayaan hasil bumi saja.

Seperti halnya Desa Tunggorono, Kecamatan/Kabupaten Jombang, setiap tahunnya rutin membuat perayaan Sedekah Bumi sebagai rasa syukur kepada Tuhan atas segala rahmat yang telah dilimpahkan kepada seluruh masyarakat. Menggandeng RT/RW sekitar beserta masyarakat dan pemuka agama setiap dusun yang ada di Desa Tunggorono, pada (13 s.d 14/10).

“Selama 2 hari itu kami akan mengadakan 3 kegiatan utama, yaitu Khotmil Quran, Istighotsah dan pengajian umum, serta pagelaran ludruk dengan tema kearifan lokal,” jelas Ketua Panitia Sedekah Bumi Tunggorono, Abdul Wahid.

Pada hari Jumat (13/10), terlebih dahulu diawali dari acara Khotmil Quran yang diikuti oleh masyarakat beserta karyawan kantor desa di pendopo depan Balai Desa. Seusai acara pertama dilanjutkan Istighotsah dan pengajian umum dengan mendatangkan pemuka agama dari Dusun Bendet, Kecamatan Diwek yaitu Latif Bajuri. Sedangkan keesokan harinya dilanjutkan dengan pagelaran ludruk di lapangan kantor Balai Desa Tunggorono.

Di sela-sela acara utama selalu disematkan doa bersama demi kelancaran dan memohon ridho Allah SWT guna menjadi keberkahan bagi seluruh masyarakat desa, agar terhidar dari segala macam bahaya.

Bagi masyarakat yang ingin berpartisipasi pada acara tersebut dipersilahkan langsung menuju lokasi acara, panitia tidak memungut biaya apapun bagi warganya. Terpenting dari pagelaran ini adalah terjalinnya kebersamaan antar seluruh masyarakat.

Selaku ketua panitia dan kepala dusun itu pun mengutarakan tujuan dari acara tahunan ini, “Maksud dari sedekah bumi tidak lain adalah sebagai langkah untuk menghidupkan budaya lokal dan mengenang kembali bagaimana seluk beluk berdirinya Desa Tunggorono, agar tidak dilupakan oleh generasi-generasi modern.”

Upacara Sedekah Bumi merupakan salah satu upacara adat berupa prosesi seserahan hasil bumi dari masyarakat kepada alam. Upacara ini biasanya ditandai dengan pesta rakyat yang diadakan di balai desa atau di lahan pertanian maupun tempat-tempat yang dianggap sakral oleh masyarakat. Upacara ini sudah berlangsung turun termurun dari nenek moyang kita, dan berkembang di Pulau Jawa, terutama di wilayah yang kuat akan budaya agraris. fakhruddin
Lebih baru Lebih lama