Dipilihnya Sofi sebagai salah satu perwakilan dari Indonesia karena perjalanannya dalam suatu ajang Bahasa Inggris sudah teruji, sehingga kecakapannya tidak diragukan lagi.

PETERONGAN, MSP – Ketenangan saat menghadapi suatu hal bisa menjadi tolak ukur kepribadian seseorang. Orang dengan kepribadian seperti itu mampu menghadapi setiap persoalan dengan kepala dingin, tidak tergesa-gesa dan bisa memilah tindakan mana yang baik untuk dilakukan. Karakter tersebut tergambar dari seorang peserta didik asal SMA Darul Ulum 3 Peterongan, Jombang, Sofi Azilan Aini yang mampu menjadi perwakilan Indonesia dalam ‘Quiz Nobel’ ke 6 di Nepal.

Tidak hanya tenang, peserta didik asal kota pahlawan, Surabaya ini mudah beradaptasi dengan lingkungan barunya. Selama tujuh hari menjalani perlombaan, semua kontestan bisa berbaur laiknya sudah berteman lama. Walaupun disibukkan dengan mempersiapkan bahan menghadapi lawan-lawannya dari negara lain, sela-sela waktu senggang Sofi selalu dihiasi canda tawa bersama.

“Perbedaan adat budaya tidak menjadi halangan dalam menjalin pertemanan. Bahkan di sana kami saling mempelajari bahasa masing-masing negara. Tetapi agar mempermudah komunikasi, keseharian selama di Nepal tetap menggunakan Bahasa Inggris,” tangguh perempuan yang kerap disapa Sofi tersebut.

Dipilihnya Sofi sebagai salah satu perwakilan dari Indonesia karena perjalanannya dalam suatu ajang Bahasa Inggris sudah teruji, sehingga kecakapannya tidak diragukan lagi. Beberapa waktu lalu pernah mengikuti lomba speaking hingga tingkat provinsi, hanya saja waktu itu keberuntungan belum mengikutinya.

Tidak ada kata menyerah di kamus perempuan berhijab itu. Meskipun tidak ada agenda mengikuti sebuah perlombaan, kegiatan menambah kosa kata baru dalam berbahasa Inggris tetap rutin dilakukan. Setidaknya sepuluh kosa kata baru harus bertambah di ingatannya.

Rutinas seperti itu selalu menghiasi keseharian Sofi. Berdomisili di pesantren tidak menjadi satu halangan, justru menjadi satu tantangan tersendiri bagi pribadinya dalam meningkatkan kemampuan diri tanpa adanya paksaan.

Sofi sendiri harus pandai menyelipkan waktu di antara kesibukan sekolah dan kegiatan pesantren. Seusai kegiatan pembelajaran selesai, perempuan berkacamata tersebut lebih suka memanfaatkan waktunya untuk beristirahat daripada harus membicarakan orang lain. Tidak jarang juga menggunakan waktu senggangnya dengan menjelajah dunia maya, guna menambah kosa kata ataupun pengetahuan umum.

Perempuan murah senyum itu pun menambahkan, “Setidaknya keberadaan internet tidak hanya dimanfaatkan untuk bermain game, stalking, ataupun chatting saja. Sebagai pengguna teknologi harus pandai menyaring kegiatan yang berguna bagi kehidupannya,”

Keuletan, ketenangan, dan kemampuan bersosialisasi Sofi tentunya tidak lepas dari dukungan program sekolah juga. Sekolah yang berada di lingkungan pesantren tersebut mampu menjalin kerjasama dengan lembaga bimbingan Bahasa Inggris berkompeten. Tujuannya agar kemampuan peserta didik dalam berbahasa Inggris mendapatkan bimbingan dari pendidik yang tepat juga.

“Meskipun harus menambah biaya ketika mendatangkan seorang trainer, untuk menunjang keberhasilan peserta didik sekolah akan mengupayakan hal itu. Guru juga akan terus bervariasi agar pembelajaran Bahasa Inggris bisa lebih menyenangkan dan disukai peserta didik,” tangguh guru sekaligus penanggung jawab program Bahasa Inggris di SMA Darul Ulum 3 Peterongan, Dini Fitriyani. fakhruddin
Lebih baru Lebih lama