Dari namanya kita bisa tahu kalau Nest Coffee mengusung konsep coffee shop. Namun di sini pelanggan tidak hanya bisa menyeruput secangkir kopi saja, namun juga dapat menikmati aneka makanan ringan.

JOMBANG, MSP – Salah satu kunci sukses usaha adalah kejelian melihat peluang. Seperti yang dilakukan Andri Prasetyo dalam menjalankan usaha kedai kopi. Meski tidak berpengalaman, namun dengan keberanian, mental yang kuat dan kejelian melihat peluang bisnis, serta semangat berwirausaha, kini ia pun sukses menjalankan usaha yang diberi nama Nest Coffee. Seperti apa Andri Prasetyo menjalankan usahanya?

Awal Usaha

Jika sebagian besar orang merasa ragu saat akan memulai usaha, lain halnya dengan Andri Prasetyo. Bagaimana tidak, meski awalnya tidak memiliki pengalaman di bisnis kuliner namun ia yakin membuka usaha coffee shop. Apalagi saat ini ngopi sudah jadi gaya hidup membuat pangsa pasarnya semakin membesar.

Setelah mempelajari seluk-beluk usaha coffee shop, Andri Prasetyo akhirnya membuka coffee shop dengan nama Nest Coffee pada tahun 2011 di Desa Pulo Lor Kecamatan Jombang. Mendapat respon bagus dari masyarakat membuat si pemilik semangat untuk mengembangkan usahanya tersebut. Sekarang berpindah lokasi yang lebih luas di Jalan Adityawarman, Desa Kaliwungu, Kecamatan Jombang.

Dikatakan ayah satu anak tersebut, “Nest Coffee merupakan dari Bahasa Inggris yang berarti Sarangnya kopi. Awalnya saya bingung kira-kira apa nama usaha yang akan saya gunakan, namun ketika saya lagi bersantai terlintas kata Nest yang berarti sarang. Nantinya kedai saya akan menjadi sarang kopi dan sarang bagi warga Jombang untuk nongkrong.”

Laki-laki asal Desa Puton Kecamatan Diwek mengaku berani membuka usaha kuliner setelah ia kembali ke tanah kelahirannya. Berawal dari bekerja sebagai pegawai cafe di Pulau Bali selama dua tahun membawanya ingin membuka usaha kuliner sendiri. Menekuni profesi menjadi seorang barista (membuat dan menyajikan kopi) membuat Andri ingin membuka kedai kopi di Jombang.

“Dahulu saya ingin membuka cafe di Jember karena kakak saya di sana. Namun setelah satu bulan riset, ternyata saya tidak berani membuka cafe di sana karena mental saya turun. Saya lebih baik buka di Jombang saja, meski mental saya dipertaruhkan tetapi masih ada siasat jikalau kedai saya sepi,” papar laki-laki lulusan sekolah perhotelan tersebut.

Meskipun saat awal cafenya sepi, laki-laki yang kerap disapa Andri ini mengundang teman-temannya untuk sekedar nongkrong di kedai miliknya. Strategi itu diharapkan dapat mengundang pembeli nantinya, karena menurutnya pembeli akan tertarik jika cafe ada yang mengunjungi.

“Itu termasuk prinsip bisnis. Meskipun pada waktu megundang teman kita memberikan makanan dan minuman secara gratis,” kekeh Andri ketika ditemui di kedainya.

Konsep Kedai

Dari namanya kita bisa tahu kalau Nest Coffee mengusung konsep coffee shop. Namun di sini pelanggan tidak hanya bisa menyeruput secangkir kopi saja, namun juga dapat menikmati aneka makanan ringan. Untuk desain interior Andri menggunakan nuansa outdoor seperti di kebun, selain itu dengan hiasan-hiasan lampu yang diletakkan di pohon-pohon yang membuat suasana cafe menjadi lebih indah dan berwarna.

“Selain itu ada live musik setiap harinya. Kami juga biasanya mengundang band-band ternama meski tidak sering. Untuk tahun depan Insya Allah kami akan membuat bioskop di sini, karena masih ada lahan yang pas untuk kami jadikan sebagai bioskop. Jika ini tercapai maka akan menjadi salah satu kedai kopi yang ada bioskopnya,” kata laki-laki yang akrab disapa Sawer itu.

Dengan suasana yang cozy dan banyaknya menu yang ditawarkan membuat Nest Coffee tidak pernah sepi dikunjungi pelanggan. Tidak heran bila Andri Prasetyo mengaku mampu mengantongi omzet sebesar 4 juta sampai 5 juta rupiah per harinya. Kesuksesan yang ia raih tidak lepas dari kedisiplinannya mengontrol pemasukan dan pengeluaran sehingga usahanya tersebut tetap mencatatkan profit setiap harinya.

Kendala Usaha

Meski saat ini sudah bisa dikatakan sukses menjalankan Nest Coffeenya, namun Andri tidak menampik jika dalam perjalanannya sering mengalami kendala. Menurutnya, kendala yang sering dihadapi dari awal ia membuka usaha adalah terkait kontrak tempat. Dalam usaha kuliner khususnya kedai kopi sangat dibutuhkan tempat yang strategis dan nyaman. Namun karena tidak memiliki tempat sendiri mau tidak mau harus menyewa tempat.

“Selama 6 tahun Nest Coffee berdiri sudah tiga kali kami berpindah tempat. Itu dikarenakan harga sewa tempat yang semakin tahun semakin mahal. Ya karena terbentur biaya kami harus pindah padahal sudah banyak pelanggan yang tahu tempat sebelumnya. Tapi ya gimana lagi,” keluh Sawer.

Selain itu juga terkait karyawan, Menurutnya dalam usaha kuliner sangat dibutuhkan karyawan yang memiliki skill dan keterampilan khusus, maka Andri rutin memberikan pelatihan secara berkala kepada karyawan.

“Repotnya kalau ada karyawan yang keluar, otomatis kita harus men-training karyawan baru dari awal lagi,” terangnya.

Selain masalah karyawan, kendala lainnya yang dihadapi adalah ketersediaan bahan baku dan harganya yang sangat fluktuatif. Bahkan menurutnya harga bahan baku cenderung menunjukkan grafik menanjak. Solusi yang diambil Andri adalah memangkas margin keuntungan daripada menaikkan harga yang nantinya akan memberatkan pelanggan. aditya eko
Lebih baru Lebih lama