TK Dharma Wanita II Wonosalam sendiri dibentuk sejak tahun 1977 memiliki 2 ruang kelas serta 1 ruang guru dan kepala sekolah. Pertama kali berdiri bertempat di balai desa, tetapi hanya bertahan beberapa tahun saja lalu beberapa kali sempat berpindah ke rumah warga.

WONOSALAM, MSP – Metode pembelajaran antar satuan lembaga pendidikan pasti memiliki perbedaan. Hal tersebut dikarenakan oleh perbedaan Sumber Daya Manusia (SDM) dan keadaan lingkungan di mana lembaga tersebut berdiri. Antara perkotaan, pedesaan, maupun pegunungan pasti memiliki keunggulan masing-masing. Sehingga penerapan model pembelajarannya pun berbeda.

Seperti yang telah diterapkan di TK Dharma Wanita II Wonosalam. Keadaan sekitar lembaga dikelilingi pegunungan, membuat pendidik berpikir kreatif untuk memanfaatkannya sebagai salah satu metode pengembangan anak didik. Mengacu pada konsep outbound, guru mengajak anak didik menjelajahi lingkungan sekitar serta mengenalkan beberapa tanaman kebun ataupun mengajarkan kemandirian dalam menghadapi suatu hal di alam sekitar.

“Selain aspek kemandirian anak didik juga mendapatkan pelajaran berharga yang bisa di dapat secara bersamaan, atau mungkin tidak didapatkan saat pembelajaran di dalam kelas. Beberapa aspek tersebut meliputi, penumbuhan sikap sosial terhadap sesama teman, mengontrol perkembangan emosional, melatih motorik dan mengasah kesenian anak didik ketika menemui suatu benda di perjalanan,” Kepala TK Dharmawanita II Wonosalam, Sunariyati.

Model pembelajaran seperti ini sangat didukung semua wali anak didik. Pondasi kemandirian yang dibangun guru kepada anak didik memberikan kepercayaan lebih bagi orang tua, agar tidak selalu menunggu buah hatinya saat berada di sekolah. Orang tua bisa beraktifitas mencari nafkah ataupun mengerjakan pekerjaan rumah tangga lainnya.

TK Dharma Wanita II Wonosalam sendiri dibentuk sejak tahun 1977 memiliki 2 ruang kelas serta 1 ruang guru dan kepala sekolah. Pertama kali berdiri bertempat di balai desa, tetapi hanya bertahan beberapa tahun saja lalu beberapa kali sempat berpindah ke rumah warga. Sampai akhirnya di tahun 1985 desa mendapat anggaran untuk membangun TK Dharma Wanita II di lokasi cukup strategis, berdekatan dengan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan pasar Wonosalam hingga saat ini.

Tetapi bertambahnya tahun, jumlah anak didik semakin menurun. Awal pembangunan bangunan baru, sekolah masih bisa mendapatkan lebih kurang 50 lebih anak didik. Sekarang, hanya terdapat 27 anak didik dengan pembagian 14 anak TK A serta 13 TK B. Semakin banyaknya yayasan baru yang berdiri dengan fasilitas lengkap, membuat orang tua dengan keadaan ekonomi menengah ke atas lebih memilih mendaftarkan buah hatinya ke lembaga tersebut.

“Selain dikarenakan keadaan alam, terbatasnya Alat Permainan Edukatif (APE) menjadi salah satu penuntut kami agar lebih memanfaatkan benda-benda yang tersedia. Memang tidak ada kualifikasi minimal dalam kepemilikan APE, tetapi jumlah APE bisa menjadi penilaian tambahan bagi orang tua,” urai wanita lulusan Sekolah Pendidikan Guru (SPG) tersebut.

Kedepannya, tambah Sunariyati, ada bantuan dana sebagai tambahan guna memenuhi serta melengkapi APE sebagai pemenuhan fasilitas anak didik. Dilain hal, minat orang tua untuk mempercayakan buah hatinya di TK Dharma Wanita II Wonosalam semakin bertambah. fakhruddin
Lebih baru Lebih lama