Permintaan jeruk nipis cukup besar mulai untuk konsumsi rumah tangga hingga berbagai usaha kuliner, namun jumlah petani jeruk nipis setiap tahunnya berkurang.

PERAK, MSP – Beragam manfaat yang terkandung jeruk nipis membuat banyak digunakan sebagai pengobatan alternatif atau populernya sekarang disebut herbal. Selain itu biasa digunakan sebagai bumbu dapur karena menjadikan masakan lebih sedap seperti aneka sambal dan soto baik ayam atau daging selalu ikut dihidangkan sebagai pelengkap. Buah yang mengandung banyak vitamin C dan B tersebar di wilayah Asia dan Amerika tengah.

Permintaan jeruk nipis cukup besar mulai untuk konsumsi rumah tangga hingga berbagai usaha kuliner, namun jumlah petani jeruk nipis setiap tahunnya berkurang. Seperti yang dirasakan oleh Kecamatan Perak, Kabupaten Jombang saat ini. Sebelum tahun 1990-an, jeruk nipis sempat menjadi tanaman andalan di wilayah Jombang bagian Barat tersebut.

Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Kecamatan Perak, Widodo Basuki menjelaskan bahwa, salah satu bentuk kejayaan tanaman jeruk nipis di Kecamatan Perak adalah terdapat pasar yang bernama Pasar Jeruk. Ini membuktikan bahwa jeruk memang menjadi komoditi besar kala itu, tetapi sekarang hanya tinggal nama.

“Sekitar tahun 1991 ke atas jeruk nipis di daerah ini mulai habis dan bisa dikatakan punah. Tanaman jeruk milik petani diserang oleh hama yang dikenal dengan CVPD (penyakit utama yang menyerang tumbuhan jeruk) secara besar-besaran. Penyakit ini menyerang daun dan batang. Parahnya lagi, penyebarannya hama sangat cepat sehingga banyak tanaman petani mati,” kata Widodo Basuki.

Peluang usaha budidaya jeruk nipis menjadi salah satu bisnis yang menguntungkan, Tambah Binti Astutik yang juga sebagai PPL di Kecamatan Perak tersebut. Permintaan jeruk nipis yang tinggi bukan hanya untuk kebutuhan rumah tangga saja namun berbagai perusahaan seperti kesehatan dan kecantikan. Oleh karena itu pembudidayaan tanaman jeruk nipis harus dikembangkan lagi, terlebih struktur tanahnya sangat berpotensi untuk tanaman jenis tersebut.

“Kami berupaya mensosialiasikan kepada Kelompok Tani (Poktan) untuk menanam kembali jeruk nipis. Tahap awal mungkin tanamannya masih disekitaran pekarangan rumah saja, lambat laun pasti akan meluas lagi. Tahun 2017 kemarin diterimakan bantuan sekitar seribu bibit jeruk nipis kepada dua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di Desa Sumberagung dan Desa Glagahan,” kata perempuan yang sebelumnya bekerja dibagian Kelompok Jabatan Fungsional Dinas Pertanian Kabupaten Jombang.

Pelatihan kepada perwakilan dari setiap Poktan untuk pembudidayaan jeruk nipis juga kerap dilakukan. Seperti pembudidayaan tanaman melalui Tabulapot (Tanaman Buah dalam Pot), mengidentifikasi serangan hama dan cara menanggulanginya.

Dijelaskan Widodo Basuki, “Tanaman jeruk nipis rentan terkena hama Diplodia atau (Jawa:blendok). Blendok ada dua macam, kering dan basah. Blendok kering ciri-cirinya cabang dan ranting mengering jika sampai kebatang maka akan mati. Kalau basah di tandai dengan cairan warna kuning keemasan.”

Pengendalian Diplodia ini dengan pengapuran bubur California. Cara mengaplikasikan pestisida ini bisa melalui penyemprotan dan penyaputan. Untuk pembuatan Bubur California cukup menyediakan serbuk belerang, kapur gamping dan air. Ketiga bahan tersebut kemudian direbus dalam wadah atau tong dengan perbandingan 1:2:10 sampai tercampur rata dan mendidih.

Selain itu adalah hama Citrus Vein Phloem Degeneration CVPD, tambah Widodo Basuki, gejala khasnya berupa garis atau jalur berkelok sesuai jalur makanan serangga, ukuran daunnya lebih kecil, tanaman cenderung lebih tegak, daun berwarna kuning dan menjorok ke atas, rasa jeruknya akan berasa pahit. Pengendalian harus diinfus oleh oxytetracycline-HCl (Terramycin), sehingga dapat mengurai penyakit. Ulat peliat daun, mengganggu penyerapan dari matahari terhadap daun, pengendaliannya harus menggunakan pestisida.

“Kami menghimbau agar tanaman jeruk nipis di Kecamatan Perak digalakkan kembali dan dipelihara dengan sebaik-baiknya. Agar tanaman sehat harus dijaga lingkungannya dari genangan air. Alat pertaniannya pun harus diseterilkan supaya tidak menular di tumbuhan lainnya. Supaya nanti dapat mengasilkan tanaman yang bagus dan kualitas yang baik,” harapa Widodo Basuki. aditya eko
Lebih baru Lebih lama