TPS3R tersebut juga memberikan edukasi bagi masyarakat sekitar. Banyak diantara pekerja di tempat tersebut selalu mengajak pada masyarakat agar turut serta khususnya peserta didik untuk belajar dan berlatih membuang sampah di tempatnya.

PLOSO — Sekarang ini sampah sudah menjadi sebuah permasalahan yang memilukan. Selain mengakibatkan bau tidak sedap, pembuangan sampah secara sembarangan sangat berpotensi terjadi bencana alam. Apalagi jenis sampah tertentu seperti plastik sangat sukar terurai oleh tanah. Dibutuhkan waktu ribuan tahun baru selesai proses penguraiaannya. Sementara perbandingan sangat terbalik 180° dengan produksi sampah yang tiap harinya terus saja berlangsung.

Bahkan baru-baru ini yang sempat menjadi viral di sosial media saat ditemukan ikan paus terdampar dan mati di Perairan Wakatobi, Sulawesi Tenggara terdapat 5,9 kilogram sampah plastik. Peristiwa ini menunjukkan betapa prilaku membuang sampah sudah tidak terkontrol dengan baik. Hingga di perairan pun menjadi wadah menampung sampah. Selain menyebabkan pencemaran lingkungan tentunya merusak ekosistim didalamnya.

Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan bahwa proyeksi volume sampah rumah tangga dan sejenis sampah rumah tangga pada 2018 mencapai 66,5 juta Ton. Timbulan sampah di Indonesia terdiri dari 60 persen sampah organik, 19,7 persen daur ulang dan lainnya. Seperti yang bisa dilihat, ada hampir 80 persen limbah yang dapat dipulihkan menjadi kompos atau bahan daur ulang lainnya, sehingga tidak harus berakhir di tempat pembuangan akhir atau terburuknya ke laut.

Peluang tersebut yang dikembangkan oleh salah satu Tempat Pengolahan Sampah (TPS) Reduce Reuse Recycle (3R) yang berada di Desa Rejoagung, Kecamatan Ploso. Pasalnya dalam satu hari TPS3R Rejoagung Berseri ini mendapat sampah rumah tangga sebanyak tiga bak motor tossa yang terisi penuh.

Salah satu pekerja di TPS3R Rejoagung Berseri, Taufik mengatakan, “Sampah tersebut masih dari beberapa warga saja yang sudah berlangganan dengan kami. Sejak berjalan bulan Mei 2018 kemarin setidaknya ada 150 warga serta 10 instansi baik sekolah dan pabrik yang sudah berlangganan. Padahal ada lebih kurang 2000 kartu keluarga di desa ini.


Selain itu, TPS3R tersebut juga memberikan edukasi bagi masyarakat sekitar. Banyak diantara pekerja di tempat tersebut selalu mengajak pada masyarakat agar turut serta khususnya peserta didik untuk belajar dan berlatih membuang sampah di tempatnya. Sehingga harapannya sampah sudah mulai terpilah sejak dari rumah masing-masing.

Sebagai masyarakat masih banyak yang beranggapan, bahwa memberikan pembelajaran tentang sampah pada anak adalah sesuatu yang mudah bahkan diasumsikan hal yang sepele. Padahal ini sangat berarti sekali dalam mewujudkan lingkungan yang bersih. Masyarakat masih terbiasa membuang sampah disembarang tempat, baik dipinggir jalan, sungai bahkan di tempat umum.

Sementara itu, Ketua II TPS3R Rejoagung Berseri, Umar S. B., menjelaskan bahwa pemilihan sampah organik dan anorganik itu penting, karena dengan pemilahan akan dapat dengan mudah memanfaatkan limbah tersebut. Contohnya saja sampah organik dapat dibuat pupuk dan anorganik dapat didaur ulang menjadi bahan yang memiliki nilai ekonomi.

“Kami sudah menyediakan dua kantong dan satu ember untuk memilah sampah di rumah-rumah warga. Itu juga sebagai sarana agar masyarakat dan anak-anak terbiasa untuk memilah sampah,” tegas Umar ketika ditemui di TPS3R Rejoagung Berseri.

Pemilahan selanjutnya juga dilakukan di lokasi TPS3R. Agar tidak menimbulkan bau yang menyengat dan lalat, pemilahan sampah harus dilakukan langsung dan diselesaikan hari itu juga. Setelah sampah terkumpul selanjutnya akan ditaruh di meja pilah. Sampah organik dipilah lagi menjadi tiga bagian yaitu buah, sayur dan daun.

“Untuk buah dan sayur kami urai dengan bantuan cacing, sedangkan daun kami buat kompos. Kami menggunakan dua metode dalam pengomposan, metode Aerator Bambu dan Takakura. Metode ini cukup mudah dan tidak memerlukan biaya mahal serta penguraiannya terbilang cepat. Bagi sampah anorganik, tambahnya, juga dipilah lagi dan hasilnya akan dipergunakan untuk kerajinan atau di daur ulang,” terang Umar.

TPS3R Rejoagung Berseri juga mengadakan les Bahasa Inggris bagi anak-anak warga Desa Rejoagung yang sudah berlangganan. Hal ini tidak lain agar selain anak-anak dapat belajar di lingkungan TPS, disisi lain juga akan mengerti akan pemilahan sampah dan cara memanfaatkan limbah rumah tangga.

“Kami juga memberi edukasi dengan menggambarkan cara misahkan sampah dan bagaimana alur pengolahan sampah di TPS3R Rejoagung Berseri ini. Selain itu mereka juga dapat melihat secara langsung prosesi pemilahan sampah sampai pengelolaannya,” tutup Umar. aditya eko
Lebih baru Lebih lama