Berdiri di atas tanah seluas lebih kurang 220 meter persegi rumah yang memiliki banyak riwayat ini belum pernah direnovasi. Namun ada penambahan pintu depan karena sekarang sudah dialih fungsikan menjadi rumah. Dulunya tidak ada pintu, jadi langsung kelihatan dari luar. - Harun -

JOMBANG – Di beberapa tempat di Indonesia khusunya, keberadaan rumah atau bangunan Belanda masih banyak dijumpai. Bangunan-bangunan tersebut adalah salah satu bukti jejak lamanya penjajahan belanda yang mencapai 350 tahun. Banyak dari bangunan tersebut yang masih di rawat utuh dan ada juga yang masih dipergunakan sebagai tempat tinggal. Apalagi memiliki karakteristik yang kuat dan nilai historis yang mendalam.

Di Jombang sendiri bangunan tua dengan desain arsitektur khas kolonial Belanda ini kerap menjadi pusat perhatian warga sekitar yang mencintai sejarah. Seperti sebuah rumah di pusat kota yakni yang berada di jalan KH. Wahid Hasyim nomor 37 Jombang.

Mulanya rumah berusia lebih dari seratus tahun ini digunakan sebagai rumah sakit bagi orang-orang Belanda. Lambat laun beralih menjadi rumah sakit untuk para tentara Indonesia khususnya di Jombang. Namun sekarang sudah dimiliki oleh KH. Nawawi.

Penjaga rumah kuno tersebut, Harun (73), menceritakan bahwa sebelum berpindah tangan kepemilikan yang sekarang, bangunan tersebut menjadi rumah sakit elite yang ada di Jombang. Pasien yang datang pada kala itu rata-rata dari keluarga terpandang dan jenderal. Terdapat pula beberapa tank diparkir di halaman depan, tetapi untuk saat ini dirinya tidak mengetahui keberadaan tank tersebut.


“Berdiri di atas tanah seluas lebih kurang 220 meter persegi rumah yang memiliki banyak riwayat ini belum pernah direnovasi. Namun ada penambahan pintu depan karena sekarang sudah dialih fungsikan menjadi rumah. Dulunya tidak ada pintu, jadi langsung kelihatan dari luar,” kata Harun.

Dilihat dari depan, rumah menjulang tinggi ini amat menawan dengan segala arsitektur khas Eropa yang megah dengan pilar kokoh. Ukurannya tiap pilarnya mencapai sekitar 40 x 40 sentimetrer menggunakan kayu jati. Nuansa asri pun makin melekat karena disekitar tampak rimbun dengan pepohonan yang berusia lebih dari satu abad.

Demikian didalam, tanpa menggunakan pendingin ruangan pun sudah terasa sejuk. Boleh diakui bahwa desain rumah dahulu sangat memperhatikan kekuatan dan sirkulasi udara didalamnya. Terlihat lubang fentilasi dan besarnya delapan jendela yang mencapai kurang lebi 2,5 meter. Begitu juga tinggi langit-langit rumah, tidak seperti pada umumnya sehingga benar-benar terasa lega dan betah.

“Ada enam ruangan dalam bangunan inti itu. Ukurannya pun cukup luas kira-kira sama dengan ruang tamu. Dahulunya itu merupakan kamar-kamar elit untuk para pasien,” ujar pria yang lahir pada tahun 1945 itu.

Menelisik ke bangunan belakang juga terdapat sekat-sekat ruangan lebih kurang 3 x 3 meter. Menurut Harun, ruangan tersebut juga merupakan kamar pasien namun untuk masyarakat biasa. Saat ini setiap harinya digunakan untuk kegiatan Taman Pendidikan Alquran (TPQ).

Pria yang sudah menjadi penjaga sejak hampir separuh usianya tersebut mengatakan meski kondisi plafonnya sudah banyak yang mengelupas, tetapi itu hanyalah bagian luarnya saja. Pasalnya plafon yang berada di rumah tersebut ada beberapa lapisan dan menggunakan pelat besi. aditya eko
Lebih baru Lebih lama