Selayaknya rumah bergaya kolonial, rumah ini memiliki kesan kokoh, mewah serta elegan. Hal ini muncul dari pemilihan material yang digunakan dalam membangun rumah. Dinding juga pilar-pilar rumah tersusun dari dua pasang batu-bata tebal atau lebih.

PETERONGAN – Sejarah mencatat Belanda menjadi negara yang paling lama menjajah Indonesia. Sehingga tidak mengherankan jika banyak peninggalan baik berupa budaya yang telah berarkulturisasi dengan budaya asli Indonesia. Salah satu budaya yang tampak terlihat jelas dari peninggalan Belanda adalah keberadaan rumah atau bangunan bergaya kolonial yang tersebar di berbagai daerah.

Salah satu bangunan bergaya Belanda yang ada di Jombang bisa ditemukan di Jl. Brawijaya atau lebih tepatnya di bawah flyover (jalan layang) Peterongan. Dari jalan raya rumah besar seluas lebih kurang 200 m2 itu cenderung tidak terlihat karena terhalang oleh tembok tinggi.

Selayaknya rumah bergaya kolonial, rumah ini memiliki kesan kokoh, mewah serta elegan. Hal ini muncul dari pemilihan material yang digunakan dalam membangun rumah. Dinding juga pilar-pilar rumah tersusun dari dua pasang batu-bata tebal atau lebih. Di beberapa bagian bahkan diperkuat dengan batu-batuan alam baik yang berukuran kecil ataupun sedang. Atapnya bermaterial genting yang kuat, tegelnya berbahan marmer Belanda yang khas dan tidak mudah rusak. Selain kuat, tegel-tegel ini juga dibentuk sedemikian rupa untuk menghasilkan sebuah pola atau bentuk yang menarik.

Sementara itu, pintu dan jendela dibuat dari kayu jati asli. Pemilihan bahan utama ini pun semakin melengkapi aksen kokoh pada bangunan. Dari modelnya, pintu dan jendela dibuat seragam menggunakan desain kupu tarung yang bisa dibuka pada kedua sisi. Untuk semakin memperkuat gaya kolonial Belandanya, ukuran pintu juga jendela rumah pada pun berukuran besar dengan tinggi hampir tiga meter. Hal ini salah satunya bertujuan untuk memberikan akses sirkulasi udara yang lebih leluasa sekaligus sebagai sumber pencahayaan alami pada siang hari karena dengan jendela yang terbuka sinar matahari akan bisa langsung masuk ke dalam ruangan.

Menariknya dari rumah ini adalah desainnya yang berpola simetris. Dari depan bangunan akan ditemukan teras yang cukup luas yang bisa dipergunakan untuk menerima tamu serta duduk-duduk santai menikmati semilir angin. Begitu pun di bagian belakang rumah juga terdapat teras yang sama. Posisi antara keduannya berada pada satu garis lurus. Sehingga jika pintu utama depan dan belakang rumah sama-sama dibuka, akan terlihat keterhubungan antara dua teras tersebut.

Meskipun posisi simetris, desain dua teras tersebut berbeda. Teras depan didominasi dengan pilar-pilar setinggi hampir empat meter dan pagar besi sebagai pembatasnya. Sementara teras belakang berpilar rendah dengan pembatas tembok setinggi setengah meter dari lantai.

Sayang ketika im Majalah Suara Pendidikan berkunjung, Yono sang penjaga tidak bisa menunjukkan kondisi dalam rumah. Hal itu dikarenakan pemilik rumah saat ini berdomisili di luar Jombang.

Namun dari penuturan Yono, posisi di dalam rumah pun sama berbentuk simetris. Di dalam rumah terdapat empat kamar yang masing-masing berukuran 3x3 meter yang juga berposisi simetris terbagi antara di sisi kanan depan dan belakang serta kiri depan dan belakang. Sementara ruang tamu terhubung dengan ruang keluarga berada pada bagian tengah rumah yang luas.

Kamar mandi terletak terpisah dari bangunan rumah. Pola ini merupakan pola khas yang diterapkan pada bangunan lama yang merupakan pengorganisasian berdasarkan tingkatan atau nilai masing-masing ruang. fitrotul aini.
Lebih baru Lebih lama