Hendra Koestanto, pria 38 tahun ini adalah kolektor mainan vintage, mainan kaleng atau biasa orang menyebutnya mainan jaman dulu (jadul). Di rumahnya di Dusun Pandean, Desa Miagan, Kecamatan Mojoagung beragam mainan lawas tertata rapi berderet di dalam etalase.

MOJOAGUNG – Permainan anak-anak kini mengalami perkembangan sangat pesat. Berbeda dengan dua dekade lalu bila permainan masih bersifat rekreatif dan mendorong pemainnya untuk aktif. Kini cukup dalam segenggan smart phone sudah dapat bermain bahkan menghabiskan waktu hingga berjam-jam. Meski begitu masih ada yang dengan tekun menyimpan perainan yang pada masanya pernah jaya.

Hendra Koestanto, pria 38 tahun ini adalah kolektor mainan vintage, mainan kaleng atau biasa orang menyebutnya mainan jaman dulu (jadul). Di rumahnya di Dusun Pandean, Desa Miagan, Kecamatan Mojoagung beragam mainan lawas tertata rapi berderet di dalam etalase.

“Sebenarnya untuk mengoleksi mainan sudah dari kecil. Karena dari kecil sudah hobi dan suka mainan. Kemudian saat kuliah mengambil jurusan Desain Grafis yang sering membutuhkan contoh visual untuk desain sehingga koleksi mainan-mainan itu sangat membantu saat mengerjakan tugas. Mulai dari situ, kembali mulai lagi benar-benar serius mengoleksi beragam mainan,” jelas Hendra Koestanto saat ditemui di rumahnya.

Awalnya, Hendra Koestanto begitu sapaan akrabnya lebih dulu mengoleksi beragam action figure khususnya Superman. Namun lama kelamaan bapak dua putra ini mulai merambah mengoleksi berbagai jenis mainan lama. Jenis mainan lama yang paling diincarnya adalah mainan berbahan kaleng (besi) atau disebut tin toys atau tinplate. Alasannya adalah karena mainan berbahan kaleng ini lebih bagus dan kokoh meski terkadang di beberapa bagian ada yang mulai berkarat.

Namun seiring perjalanan, karena mainan berbahan kaleng semakin sulit didapatkan dan pada eranya dulu juga terjadi pergeseran penggunaan bahan mainan dari kaleng menjadi plastik maka Hendra Koestanto pun juga memburu mainan-mainan lama berbahan plastik. Intinya segala jenis mainan lama coba untuk dikumpulkan Hendra.

Pria berkaca mata ini mengaku keinginannya untuk mengoleksi berbagai jenis mainan lama itu muncul karena dia ingin mengenang masa anak-anaknya yang menyenangkan. Ketika melihat tokoh film, anime, atau komik yang juga menjadi hiburan masa kecilnya diwujudkan dalam bentuk fisik dia akan mencoba untuk memburunya.

“Kenangan atau memorinya yang dikejar bukan jumlah barangnya. Mainan yang dulu pernah dipunya, dikumpulkan lagi dan jika dulu belum sempat punya mainannya, maka sekarang saatnya untuk mencari dan mendapatkannya,” kekeh Hendra.

Untuk semakin melengkapi koleksinya, Hendra Koestanto rajin mengunjungi pasar-pasar loak untuk berburu aneka mainan lama. Selain itu dia juga berbagi infomasi melalui jejaring komunitas pengoleksi mainan untuk mendapat informasi mainan bekas yang dijual atau dibarter.

Kendati sangat berkeinginan untuk bisa melengkapi koleksi mainannya namun Hendra Koestanto mengaku tidak terlalu ambisius dalam mencari atau mendapatkan mainan yang belum dimilikinya.

Hendra Koestanto mengatakan, “Tidak ada budget khusus untuk mendapatkan mainan yang belum dipunya. Bahkan saya lebih suka berkeliling di pasar loak agar mendapat harga murah dibanding mencari di online yang kadang ada barangnya namun dijual dengan harga yang sangat tinggi.”

Memiliki jumlah mainan yang cukup banyak nyatanya tidak mengalokasikan waktu khusus untuk merawat mainan-mainannya. Cukup dilap dengan bersih sebelum dimasukkan lagi dalam etalase setelah diambil atau dimainkan.

“Kedepannya saya ingin membuat museum sederhana mengenai mainan juga beberapa barang-barang lama seperti radio, jam, kamera polaroid, dan lain-lainnya. Tujuannya supaya pengunjung turut merasakan kenangan masa lalu seperti yang saya rasakan. Selain itu juga untuk mengenalkan pada anak-anak zaman sekarang tentang beragam jenis mainan lama,” tutup Hendra. fitrotul aini.
Lebih baru Lebih lama