Dusun Bangle, Desa Dapur Kejambon, Kecamatan Jombang. Selama satu dekade terakhir telah mentradisi usai Salat Idul Fitri langsung saling bermaafan di depan rumah.

JOMBANG – Idul Fitri merupakan hari kemenangan setalah sebulan penuh menjalan ibadah puasa di Bulan Ramadan. Wajar bila sebagian besar umat muslim merayakan dengan suka cita. Bahkan persiapan dengan paripurna pun dilakukan. Dari mempercantik rumah, mengenakan pakaian baru, hingga mempersiapkan kue yang lezat.

Bahkan ada tradisi yang terbangun dengan sendirinya setelah menyelesaikan Salat Idul Fitri yakni saling bermaafan secara baris berjajar. Seperti di Dusun Bangle, Desa Dapur Kejambon, Kecamatan Jombang. Selama satu dekade terakhir telah mentradisi usai Salat Idul Fitri langsung saling bermaafan di depan rumah.

Sekertaris Desa Dapur Kejambon sekaligus penggagas kegiatan ini, Abdul Mujib menjelaskan pemikiran ini muncul ketika melaksanakan kumpul bersama rekan perangkat desa dan kerabat. Sebelumnya, pria 55 tahun ini ditegur salah satu tokoh agama Alm. Syafi’i karena tak bertemu Abdul Mujib hingga hari ketiga lebaran.


Baca Juga : Standar Nasional Pendidikan Acuan Menjadi Sekolah Bermutu

Pria yang kala itu juga menjabat sebagai Kepala Dusun Bangle juga menambahkan, jika idenya langsung bergejolak. Kala itu dirinya menginginkan untuk seluruh warga bisa bertegur sapa dan berjabat tangan dan sambung silahturahmi terpusat di Masjid Nuruddin.

“Biasanya setelah Salat Idul Fitri, warga pulang sejenak untuk sarapan. Selanjutnya kembali ke Masjid Nuruddin sebagai titik pusat kegiatan,” ungkap Abdul Mujib.



Memang tidak mudah saat mengawali, tambah Abdul Mujib. Sampai tahun ketiga pelaksanaan pihaknya masih harus mendorong warga untuk mau terlibat. Bahkan tak jarang ia rela datang ke rumah warga sekedar menjemput dan mengajak turut serta dalam kegitan tersebut. 

Lambat laun akhirnya berbuah hasil manis. Warga menyadari betapa pentingnya silahtuahmi dan kerelaan saling memaafkan. Sehingga sekarang ini dengan kesadarannya sendiri langsung berkumpul dan bersiap melaksanakan tradisi bersalaman serentak satu desa.

Persiapan pelaksanaannya kini dibantu secara gotong royong oleh karang taruna dan remaja masjid. Sehingga lebih terkoordinasi serta tertib dalam persiapannya maupun pelaksanaannya.

Abdul Mujib menjelaskan, “Sebanyak 450 kepala keluarga yang terlibat. Namun demikian karena sudah terkoordinir dengan baik tak sampai memakan waktu lama. Hanya satu hingga dua jam saja sudah selesai. Sementara bagi warga yang sakit disediakan tempat khusus agar tetap mengikuti meski dalam kondisi kurang sehat.” chicilia risca
Lebih baru Lebih lama