Tujuan diadakannya kelas ini ialah memberikan wadah bagi para pelajar yang memiliki minat dan kemauan untuk menulis. Kegiatan ini mengembangkan minat bakat kepenulisan yang outputnya tidak hanya sekedar buku, akan tetapi dapat menjadi budaya literasi di Kabapaten Jombang.

JOMBANG – Perpustakaan merupakan wadah dari penggemar buku untuk semakin menumbuhkan kecintaanya terhadap literasi. Selain tersedia banyak pilihan buku yang akan dibaca, mereka (baca: pengunjung) dapat melanjutkan dengan melahirkan sebuah tulisan. Menulis tanpa membaca dan sebaliknya, bagai sayur tanpa garam. Hal itulah yang disadari oleh Perpusataakan Daerah (Perpusda) Mastrip Jombang, demi menyalurkan hasrat membaca dan menulis maka diselenggarakan pelatihan menulis gratis. Demikian sebagai upaya lebih menggeliatkan kunjungan.

Kelas menulis diselenggarakan langsung oleh Dinas Perpusatakaan dan Kearsipan Kabupaten Jombang yang membawahi Perpusda Mastrip tiap hari Minggu dari pukul 08.00 WIB sampai dengan 11.20 WIB. Melibatkan peserta didik, guru, dan pegiat literasi karena tidak hanya bicara teknis namun melatih langsung sehingga keseluruhan dikupas tuntas.


Baca Juga : Pembinaan Khusus Kemampuan Anak Didik

Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Jombang, Agus Purnomo, SH., M.Si. mengatakan bahwa, Kelas menulis di perpustakaan adalah sebuah ikhtiar membangun tradisi literasi yang sehat. Tradisi membaca dan menulis bisa tumbuh dengan baik di sini. Di perpustakaan, tersedia berbagai macam buku yang bisa menjadi amunisi untuk meledakkan ide di otak menjadi tulisan yang inspiratif. Dalam Inspring Words for Writers (Fauzil Adhim,2005) disebutkan bahwa penulis besar menuangkan kata karena membaca. Sementara mereka yang mabuk ingin disebut penulis membaca buku karena mau menulis.

“Tujuan diadakannya kelas ini ialah memberikan wadah bagi para pelajar yang memiliki minat dan kemauan untuk menulis. Kegiatan ini mengembangkan minat bakat kepenulisan yang outputnya tidak hanya sekedar buku, akan tetapi dapat menjadi budaya literasi di Kabapaten Jombang,” ujar Agus Purnomo.


Selain itu, tambahnya, membangun citra perpustakaan sebagai pusat belajar masyarakat bukan sekedar tempat meminjam buku yang bersifat pasif. Selama ini kelemahan promosi budaya baca di tanah air adalah hanya ‘menunggu bola saja’ duduk manis menunggu masyarakat hadir di perpustakaan. Perpustakaan perlu ‘menjemput bola’ mengundang masyarakat agar mau hadir dulu di perpustakaan. Perpustakaan adalah rumah yang nyaman untuk semua komunitas yang ada untuk tumbuh dan berkembang membangun negeri. Menghasilkan manusia Indonesia yang siap untuk membangun bukan asal-asalan dalam membangun.

Kelas yang heterogen tidak menjadi kendala dalam pentransferan ilmu dan pengalaman menulis. Karena semua peserta berangkat dari tekat yang sama. Mulai dari peserta didik sekolah dasar sampai perguruan tinggi ikut bergabung dalam kegiatan ini. Begitu pula semangat peserta guru TK/RA sampai SMA/MA ikut melengkapi sehingga bisa saling bertukar ilmu dan pengalaman dalam dunia menulis.

“Sebelum kegiatan menulis, biasanya terlebih dahulu disertai dengan diskusi antar peserta. Kemudian, dilanjutkn dengan praktik menulis sesuai dengan pilihan objek masing-masing. Tindak lanjut hasil menulis akan didiskusikan bersama. Termasuk dalam ranah pengeditan naskah. Sehingga proses yang panjang ini dapat menghasil produk tulisan sekaligus memupuk keterampilan menulis,” tutup Agus Purnomo. aditya eko

Lebih baru Lebih lama