Terinspirasi dari mainan sang anak yang berbentuk puzzle (potongan teka-teki), Sulistyorini, S.Pd.SD pun mengaplikasikan bentuk mainan tersebut menjadi media pembelajarannya di kelas.

MEGALUH – Seiring perkembangan zaman, cara belajar peserta didik juga ditengarai mengalami perubahan. Metode pembelajaran di kelas pun sudah tidak lagi menganut sistem konvensional yakni guru memberikan penjelasan mengenai materi yang diajarkan dan peserta didik hanya menyimak kemudian mengerjakan latihan soal yang diberikan, tetapi sudah menuntut peserta didik untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran dan mampu menemukan serta memahami sendiri konsep materi pembelajaran yang diajarkan.

Agar tujuan pembelajaran tersebut mampu terlaksana selain menginisiasi kegiatan pembelajaran yang menyenangkan, guru juga bisa kreatif untuk menciptakan media pembelajaran yang bisa membantu peserta didik lebih memahami materi yang diajarkan. Media pembelajaran yang dibuat tidak harus mewah bisa berasal dari bahan-bahan yang ada di lingkungan sekitar.

Terinspirasi dari mainan sang anak yang berbentuk puzzle (potongan teka-teki), Sulistyorini, S.Pd.SD pun mengaplikasikan bentuk mainan tersebut menjadi media pembelajarannya di kelas. Peserta didiknya yang kesulitan memahami materi konsep dasar pengenalan pecahan, diajaknya untuk belajar sembari bermain potongan teka-teki. Berbahan dasar kertas karton yang diberi gambar-gambar makanan menarik, peserta didik diajak untuk mengenali konsep dasar pecahan.


Baca Juga :
Tumbuhkan Rasa Nasionalisme Sejak Dini

“Kertas karton yang sudah ditempeli gambar, dibagi-bagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan bentuk pecahan. Misalnya untuk pecahan setengah, potongan teka-teki bergambar pizza akan dibagi menjadi dua, begitu juga untuk pecahan satu perempat dan satu perenam. Setelahnya anak-anak diminta untuk memasangkan bagian potongan teka-teki yang hilang atau mencari dan menunjukkan bagian yang hilang,” urai Sulistyorini.

Sebelum menggunakan potongan teka-teki, guru kelas 2 ini menggunakan metode menggambar bangun datar seperti persegi dan lingkaran kemudian dibagi sesuai dengan bentuk pecahan. Namun metode menggambar ini dirasa kurang maksimal karena ketika menggambar kemudian membagi bagian gambar bangun datar sesuai pecahan yang diinginkan, peserta didik tidak bisa melakukannya dengan baik. Ukuran gambar hingga pembagian bagian tidak simetri.


“Padahal konsep pecahan adalah membagi satu bagian ke dalam beberapa bagian tertentu dengan sama rata. Maka agar konsepnya tersampaikan dengan benar, cara belajarnya harus diubah,” ujar Sulistyorini.

Ibu satu putri ini mengaku setelah menggunakan media potongan teka-teki, peserta didik lebih memahami materi yang disampaikan. Karena mereka memiliki bentuk visual terhadap materi yang mereka pelajari. Meski juga harus diakui bahwa harus dilakukan secara berulang kali agar penjelasannya lebih dipahami dan tertanam dalam benak peserta didik.

Atas inovasinya tersebut Sulistyorini berhasil menjadi juara pertama dalam Seleksi Penilaian Pendidik dan Tenaga Kependidikan Berprestasi Tingkat Kabupaten Jombang Tahun 2019. Keberhasilannya membuat lulusan PGSD Universitas Terbuka ini berhak mewakili Kabupaten Jombang untuk mengikuti seleksi serupa di tingkat porvinsi tahun 2020 mendatang.

“Namun untuk seleksi tingkat provinsi, kemungkinan saya akan membuat media yang berbeda dari yang saat di kabupaten. Sehingga harus mempersiapkan dan menggali ide yang lebih baik lagi. Semoga bisa mendapatkan hasil yang maksimal,” harap Sulistyorini. fitrotul aini.

Biodata Singkat

Nama : Sulistyorini, S.Pd.SD

TTL : Jombang, 29 Maret 1986

Alamat : Tampingmojo, Tembelang

Profesi : Guru Kelas II SDN Sidomulyo, Megaluh

Pendidikan Terakhir : S1 PGSD Uinversitas Terbuka (Kelompok Belajar (Pokjar) Mojokerto)

Prestasi :

Juara III Seleksi Pemilihan Guru Berprestasi Tingkat Kabupaten Jombang Tahun 2016

Juara I Seleksi Penilaian Pendidik dan Tenaga Kependidikan Berprestasi Tingkat Kabupaten Jombang Tahun 2019
Lebih baru Lebih lama