Saya suka semua olahraga, mulai dari sepakbola, voli, dan lain sebagainya. Namun lama-lama saya tertarik dengan pencak silat ini. Karena menurut saya di situ banyak tantangannya, mulai dari kedisiplinan, kebugaran dan lainnya.

JOMBANG – Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Jombang sejak bulan Oktober 2019 lalu digantikan oleh Agus Purnomo, SH. M.Si. Sebelum dilantiknya menjadi Kepala Disdikbud Kabupaten Jombang, Agus Purnomo merupakan Kepala Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Jombang. Memulai karirnya pada tahun 2007, laki-laki berusia 47 tersebut menjadi Subbagian Hukum hingga tahun 2012. Selanjutnya dirinya menjabat sebagai Kepala Bidang Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BPMPD) selama 2 tahun. Namun di tahun 2014 sampai 2017 kembali lagi dan menjadi Kasubbag Hukum.

Namun siapa sangka, didalam parasnya yang kalem, santun dan murah senyum, Agus Purnomo ternyata menggeluti pencak silat pada saat duduk di bangku sekolah menengah atas di Kecamatan Lamongan yang merupakan kota kelahirannya. Ayah dua anak tersebut bergabung di Persaudaraan Setia Hati Terate, perguruan pencak silat yang berpusat di Madiun, Jawa Timur.

“Saya suka semua olahraga, mulai dari sepakbola, voli, dan lain sebagainya. Namun lama-lama saya tertarik dengan pencak silat ini. Karena menurut saya di situ banyak tantangannya, mulai dari kedisiplinan, kebugaran dan lainnya. Akhirnya sejak tahun 1989 saya memutuskan untuk latihan pencak silat tersebut,” papar Agus Purnomo ketika ditemui di ruangannya.

Baca Juga :
Menghidupkan Dongeng

Meski jarak rumah hingga tempat latihannya lebih kurang limabelas kilometer, hal tersebut tidak menjadi kendala baginya. Ketekunannya dalam berlatih, membawa dirinya lulus dalam latihan. Dari dua ratus temannya yang mengikuti hanya dua puluh orang yang lulus termasuk Agus Purnomo. Menurutnya kedisiplinan harus benar-benar dimiliki oleh setiap pesilat. Pasalnya latihan yang dilaksanakan dua kali dalam minggu itu dilakukan pada malam hari. Waktunya pun mulai jam tujuh malam hingga menjelang subuh.

“Silat ini mengandalkan kekuatan murni dari badan dan tenaga dalam. Sistem latihannya seperti latihan militer demi menggembleng agar kuat fisik dan mental. Ya Alhamdulillah meski latihannya malam hari, kegiatan di sekolah saya juga tidak pernah terganggu,” katanya sambil tersenyum.

Tidak hanya untuk dirinya sendiri, ilmu yang didapatkan selama ini juga diamalkan kepada orang-orang yang ingin belajar pencak silat. Agus Purnomo sempat manjadi pelatih Persaudaraan Setia Hati Terate tahun 1991 di Wersah, Kelurahan Kepanjen, Jombang. Selain itu dirinya juga sempat menjadi atlit pencak silat ketika menempuh pendidikan di Universitas Muhammadyah Malang (UMM).

Diusianya yang hampir setengah abad, laki-laki yang enggan dengan sifat sombong dan takabur ini masih terus mengasah ilmu-ilmu yang dia peroleh selama ini. Tidak hanya pencak silat saja, karena bagaimana pun jika ilmu tidak diasah maka sebagian besar akan lupa. Dan yang terpenting menurutnya adalah pengamalan ilmu yang baik juga harus terus diterapkan.

Banyak manfaat yang bisa dirasakan dalam mengikuti latihan seni bela diri ini. Selain untuk menjaga diri, percaya diri, sehat, dan banyak saudara, berlatih pencak silat ini juga mengajarkan bagaimana menjadi sosok orang yang berbudi luhur. Di setiap pertemuannya, tak lupa seorang guru silat juga mengajarkan norma-norma kebaikan agar mengerti salah dan benar, serta tidak menjadi manusia yang Adigung Adiguna.

“Menjadi manusia itu yang terpenting selalu rendah hati, mawas diri dan tidak boleh sombong. Menjadi pejabat, kepala dinas dan lain sebagainya itu hanya ‘casing’ saja. Di hadapan Allah semua sama. Oleh karennya banyak-banyaklah berbuat baik,” tutup Agus Purnomo.
aditya eko
Lebih baru Lebih lama