Kecintaanya terhadap sepeda tua juga tanpa alasan. Karena keklasikannya dan sepeda riwayat dari orang tua kata Renda, mengayuh sepedanya pun juga harus bertenaga.

JOMBANG – Seiring dengan berkembangnya zaman, jarang sekali kita melihat pelajar yang mengayuh sepeda tua untuk pergi ke sekolah. Terlebih jika sudah duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Jangankan sepeda tua, sepeda modern saja sudah jarang sekali terlihat jika tidak sedang berolahraga. Kebanyakan, para pelajar menaiki sepeda motor untuk pergi ke sekolah. Sayangnya, beberapa dari mereka mengendarai motor tanpa mentaati peraturan lalu lintas, terlebih usia mereka belum memenuhi aturan untuk mendapatkan Surat Izin Mengemudi (SIM). Tentunya, hal itu menjadi keprihatian sendiri di kalangan masyarakat.

Di tengah kondisi itu, ternyata masih ada beberapa pelajar yang mengayuh sepeda tuanya untuk pergi ke sekolah. Namanya Harenda Wisa Trenggana. Dia adalah peserta didik kelas 11 di SMA Negeri 3 Jombang. Hampir setiap hari laki-laki yang gemar bermain bola voli tersebut menggunakan sepeda tua sebagai transportasi utama untuk pulang pergi ke sekolah.

“Sudah hampir satu tahun ini saya menggunakan sepeda tua saat ke sekolah. Dahulu pada waktu di sekolah yang lama, saya menggunakan kendaraan bermotor karena memang sekolah saja jauh,” uangkap Harenda Wisa Trenggana.

Baca Juga :
Musda Himpaudi Kabupaten Jombang 2019 Melahirkan Kader Baru


Laki-laki yang kerap di sapa Renda tersebut mengatakan bahwa dirinya mulai bersepada sejak masih duduk di kelas VII SMP. Motivasinya bersepeda ialah muncul dari sang ayah. Meski keadaan sekolahnya jauh, ayahnya selalu pakai sepeda untuk menempuhnya. Selain sehat, manfaat yang diperoleh saat bersepeda sangat banyak. Seperti menghilangkan stres, melatih keseimbangan otot, melatih rendah hati, dan lain sebagainya.

“Ayah selalu menyampaikan bahwa jangan malu hidup sederhana dan jangan takut jika direndahkan orang lain. Pokoknya bersusah-sudah dahulu, bersenang kemudian. Itu yang selalu ayah sampaikan kepada saya. Jadi saya tidak malu jika harus menggunakan sepeda tua saya untuk pergi ke sekolah,” tegas laki-laki berusia 17 tahun tersebut.

Kecintaanya terhadap sepeda tua juga tanpa alasan. Karena keklasikannya dan sepeda riwayat dari orang tua kata Renda, mengayuh sepedanya pun juga harus bertenaga. Pasalnya gear sepedanya hanya satu, berbeda dengan sepeda-sepeda saat ini yang memiliki gear set dengan beragam ukuran yang bisa disesuaikan.

“Jadi ya harus ektra mengayuhnya, terlebih dijalanan menanjak. Tapi itu yang membuat saya senang. Menurut saya itu yang menguatkan otot-otot kaki saya,” ujarnya sambil tertawa.

Tak jarang, karena usia sepedanya yang tua dan kondisinya yang berkarat, rusak pada saat perjalanan pun sering laki-laki yang berdomisili di Dusun Weru, Desa Mojongapit, Kecamatan Jombang ini alami. Namun itu tak membuatnya geram, jika kerusakannya tidak terlalu parah, Renda mungkin masih bisa membenahi sendiri, tetapi jika parah maka dia membawanya kebengkel sepeda.

“Alhamdulillah selama ini saya tidak pernah telat masuk sekolah meski terkadang terkendala sepeda rusak. Bersepeda ini membuat saya dapat berpola hidup yang praktis seperti bangun pagi dan berangkat ke sekolah lebih awal,” tegasnya.

Memilih olahraga bersepeda menurut anak seorang Polisi ini adalah pilihan yang tepat untuknya saat ini. Dengan kesibukannya manjadi pelajar yang menghabiskan waktunya di sekolah dari pagi hingga sore hari membuatnya menyita waktu untuk berolahraga. Maka memanfaatkan perjalanan sekolah untuk berolahraga adalah pilihan yang tepat.

Dirinya berharap bahwa teman-temannya yang lain juga berkeinginan ke sekolah dengan menggunakan sepeda. Selama ini dia mengeluh banyaknya teman-temannya yang diajak bersepeda sering menolak karena alasan waktu dan gengsi. Namun dia tidak berhenti untuk mengajak bagi siapa saja yang ingin bersepeda ke sekolah karena manfaatnya sungguh luar biasa. aditya eko
Lebih baru Lebih lama