Foto : Aktifitas di Pasar Peterongan. (aditya)

Pembangunan beberapa pasar di Kabupaten Jombang sudah terealisasi pada tahun lalu. Namun untuk beberapa pasar seperti halnya di Pasar Ngrawan Kecamatan Tembelang dan Pasar Peterongan masih banyak tempat pedagang yang masih kosong.

JOMBANG – Bersama dengan kemajuan era maka tempat berbelanja layaknya pasar tradisonal mulai mendapatkan persaingan dari arena belanja yang modern. Meskipun harga yang relatif lebih mahal, namun kenyamanan, kebersihan, dan efektifitas yang diberikan membuat konsumen lebih memilih kesana. Apalagi beberapa menyiapan pelayanan hingga duapuluhempat jam.

Adanya kondisi itu, pasar tradisonal harus bertransformasi lebih baik. Tentunya tanpa meninggalkan tradisi yang sudah terjadi di sana dalam kurun waktu yang lama. Misalnya pola penjualan selain di timbang ada pula yang telah di ikat atau dijual per ukuran tertentu. Demikian soal tawar menawar yang tidak ada di pusat perbelanjaan modern. Tradisi khas tersebut kalau di kelola dengan baik diantaranya fasilitas mumpuni hingga kebersihan yang di jaga bisa menjadi daya tawar tersendiri.

Perwujudan dari aspek tersebut untuk mendapatkan hasil perancangan pasar tradisional dengan konsep modern, perlu dilakukan pendekatan pada sistem bangunan masa kini. Penggunaan material pada bangunan yang memberi citra khas sehingga diharapkan dengan kerangka acuan dan konsep perancangan pasar tradisional dengan konsep modern dapat mengembalikan daya saing pasar tradisional terhadap menjamurnya pasar-pasar modern saat ini.

Baca Juga: Analisis Data PTK 2020 Jombang Kekurangan Banyak Guru

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Jombang, Bambang Nurwijayanto mengatakan bahwa pembangunan beberapa pasar di Kabupaten Jombang sudah terealisasi pada tahun lalu. Namun untuk beberapa pasar seperti halnya di Pasar Ngrawan Kecamatan Tembelang dan Pasar Peterongan masih banyak tempat pedagang yang masih kosong.

“Masih kosongnya stan-stan tersebut dikarenakan beberapa faktor seperti terlalu lama pembangunan sehingga banyak pedagang yang berjualan keliling dan pembeli juga banyak yang beralih ke pasar lain. Tetapi kedepan akan kami tata ulang. Pembangunan sudah selesai, tinggal merombak bagaimana agar pasar tersebut bisa ‘hidup’ kembali,” ujar Bambang Nurwijayanto saat dikonfirmasi lewat gawai.

Pihaknya berencana akan menata beberapa pedagang agar tidak membuka lapak di luar zona pasar. Pemetaan zona pedagang tersebut disesuaikan dengan jenis dagangan di pasar tradisional untuk memudahkan aktivitas jual beli. Meski demikian, menurut dia pemetaan zona pedagang di pasar-pasar Jombang sesuai dengan kesepakatan antar sesama pedagang termasuk penentuan lokasi jenis dagangan agar tidak menimbulkan permasalahan di kemudian hari.

“Jadi nanti masing-masing ketua kelompok akan diundang untuk membahas bersama, yang penting nanti ada zona pedagang agar tidak menjadi satu. Kami serahkan ke pedagang, karena lebih enak jika semua pihak bisa saling sepakat,” imbuhnya.

Konsep penataan pasar tradisional berdasarkan barang dagangan selain untuk ketertiban, penataan ini juga mampu menjamin kualitas barang yang akan dijual. Selama ini pasar tradisonal masih kurang tertata, karena hanya pasar-pasar baru saja yang memiliki los-los khusus seperti los daging.

Meski demikian, kata dia pihaknya mengakui penataan tersebut memang masih sulit selain karena anggaran, budaya para pedagang yang susah diatur masih menjadi kendala, karena biasanya ingin berjualan di tempat-tempat strategis di area pasar. Bahayanya banyak pedagang-pedagang yang mulanya di area pasar akan ikut membuat lapak di luar area pasar karena dirasa tidak laku.

“Upaya kami saat ini ada beberapa, salah satunya di Pasar Ngrawan Kecamatan Tembelang tersebut. Selain pasar, di sana juga akan dipusatkan untuk oleh-oleh khas Jombang. Rencana kami untuk pasar buah yang ada di sebelah timurnya Pasar Citra Niaga Jombang akan dipindah ke Pasar Ngrawan tersebut. Selain itu juga menggandeng beberapa Usaha Kecil dan Menengan (UKM) Jombang untuk memasarkan produk mereka di sana,” papar Bambang Nurwijayanto. aditya eko
Lebih baru Lebih lama