Di tengah perkembangan alat rumah tangga dengan bahan stenlis, baja, dan tembaga, hal ini tak sedikitnya mengurangi permintaan dari peralatan dengan bahan anyaman bambu. Salah satunya alat rumah tangga yang sering disebut tlempe arang (anyam renggang) dan tlempe kerep (anyam rapat) masih bertahan hingga kini. 

Salah satu pengrajin anyaman bambu asal Dusun Tulungrejo, Desa Segodorejo, Kecamatan Sumobito, Muwah, sejak tahun 1983 sudah memulai usahanya. Perempuan kelahiran 1965 ini menuturkan jika produknya memiliki beberapa pilihan dengan variasi diameter sesuai permintaan dan kebutuhan konsumen. Konsumen juga dapat memesan alat memasak lainnya yang masih erat kaitannya dengan bahan bambu. 

Proses pembuatannya pun masih manual dengan membelah satu pohon bambu utuh yang kemudian dibagi beberapa bagian. Bambu hijau yang dipilihnya pun tak sembarangan, harus bambu yang tua dari pohonnya. Satu bambu dengan panjang kurang lebih satu 1 meter menjadi 7 hingga 10 bagian tergantung besarnya diameter bambu. 

Bekerja sejak pukul 09.00 WIB hingga 16.00 WIB, Muwah dapat menganyam lebih kurang 100 hingga 200 buah tlempe setiap harinya. Ibu tiga anak ini biasa menyetor kepada pengepul setiap dua hari sekali.

Repoter: Chicilia Risca Y. 
Editor: Aditya Eko
Lebih baru Lebih lama