FOTO: Kegiatan pembelajaran dengan sistem bermain yang dilakukan oleh guru-guru di KB Al-Firdaus Gedangan, Sumobito. (aditya)

SUMOBITO –
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan jenjang pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.

Model pembelajaran berbasis bermain menjadi fokus pengembangan PAUD saat ini. Tidak terkecuali KB Al-Firdaus Gedangan, Sumobito. Pembelajaran di kelas yang selama ini lebih sering menggunakan strategi pembelajaran konvensional, dimana dalam strategi ini pembelajaran lebih difokuskan pada aspek hasil, secara individu, dan bersifat kompetitif. Ini sangat tidak pas dikembangkan di lembaga tersebut. Pasalnya, pembelajaran berbasis permainan lebih memberikan kesempatan pada anak didik untuk lebih terlibat dalam belajar secara kelompok, berinteraksi dengan teman, lingkungan dan guru.

Kepala KB Al-Firdaus, Suparmi, S.Psi., menjelaskan, “Dalam pembelajaran ini anak didik harus mendapat kesempatan untuk saling bercerita, bertukar pikiran, berbagi pendapat, ide, saling bertanya, dan sambil bermain dalam proses pembelajaran. Hal itu kami terapkan dari awal anak didik masuk ke kelas hingga pulang sekolah.”

Baca Juga: Kejuaraan Wushu Piala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Jombang Parameter Persiapan Porkab 2020

Dimulai dari pertama masuk kelas anak didik sudah diajak bermain dengan beberapa pin yang terdapat gambar hewan, buah dan lain sebagainya. Setiap anak didik yang baru masuk harus mengambil pin dan mengingat gambar tersebut. Setelah pembelajaran usai, anak didik akan ditanya kembali gambar apa yang didapatkan tadi. Model pembelajaran itu diharapkan akan menambah daya ingat pada anak didiknya.

“Setelah itu dilanjutkan dengan senam bersama dan menyebutkan angka-angka dalam empat bahasa yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Jawa, Bahasa Inggris, dan Bahasa Arab. Untuk absensi pun kami juga melibatkan seluruh anak didik, mereka selalu memakai kartu tanda pengenal dahulu. Selanjutnya anak-anak bernyanyi dengan disisipi nama dari masing-masing anak didik tersebut,” kata perempuan kelahiran Kabupaten Gresik tersebut.

Kegiatan itu bertujuan agar setiap anak didiknya saling kenal dan akrab satu sama lainnya, tambah Suparmi. Jika terdapat temannya yang tidak masuk mereka akan mengetahuinya, setelah itu guru akan memberi tahu alasan temannya tidak masuk. Jika absennya karena sakit, maka semua anak didik akan mendoakan supaya cepat sembuh. Dengan itu anak akan mempunyai sifat empati dan belajar berdoa.

Masuk dalam inti pembelajaran di kelas model pembelajaran bermain sangat terasa. Anak didik lebih aktif dan tertarik dalam mengikuti intruksi guru dalam menerapkan pembelajarannya. Namun di sini peran guru menjadi fokus utama, guru di tuntut untuk kreatif dalam menentukan permainan yang sesuai dengan tema.

“Menentukan jenis kegiatan bermain yang akan dipilih sangat tergantung kepada tujuan dan tema yang telah ditetapkan sebelumnya. Penentuan jenis kegiatan bermain diikuti dengan jumlah peserta kegiatan bermain. Selanjutnya ditentukan tempat dan ruang bermain yang akan digunakan, di dalam atau di luar ruangan kelas, hal itu sepenuhnya tergantung pada jenis permainan yang dipilih,” terang Suparmi ketika ditemui di lembaganya.

Sebelum melakukan kegiatan bermain, bermacam bahan dan peralatan yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai perlu dipersiapkan terlebih dahulu secara lengkap. Langkah berikutnya adalah menentukan urutan langkah bermain yang disertai dengan penetapan kegiatan yang harus dilaksanakan oleh setiap anak didik.

“Tidak perlu yang rumit, cukup dengan alat dan bahan yang sederhana. Malah lebih baik dengan menggunakan bahan-bahan yang gampang di jumpai anak-anak. Mereka akan lebih kreatif dalam menciptakan pembelajarnya,” ujarnya.

Selain itu, KB Al-Firdaus satu bulan sekali mengajak anak didiknya untuk berkeliling dengan menggunakan kereta kelinci. Hal tersebut menurut Suparmi sebagai pengenalan anak didiknya untuk lingkungan sekitarnya, karena pembelajaran tidak hanya di dapatkan di lingkup sekolah saja, melainkan banyak yang dapat dijadikan pembelajaran. aditya eko

Visi:

Mewujudkan anak yang Berakhlak, Cerdas, dan Terampil

Misi:

1. Membentuk karakter serta kemandirian anak

2. Mempersiapkan anak didik untuk kejenjang selanjutnya

Tujuan:

Membentuk anak-anak yang cerdas, berkualitas, dan berkembang sesuai dengan usianya.


Lebih baru Lebih lama