Diki Wisnu pecinta dan pembudidaya kalkun. (Istimewa)

DIWEK – Kalkun merupakan spesies unggas yang berukuran besar yang bisa memiliki tubuh dan berat hingga beberapa kali lipat dari jenis ayam pada umumnya. Kalkun termasuk ke dalam jenis burung Meleagris. Seperti kebanyakan ordo galiformes pejantan kalkun memiliki tubuh yang lebih besar dibanding dengan betinanya. Kalkun pertama kali ditemukan di Amerika, namun orang Eropa salah mengenalinya sebagai burung asal Afrika Numida meleagris yang juga dikenal sebagai ‘ayam turki’ karena diimpor dari Eropa Tengah melalui Turki. Dalam bahasa Inggris, kalkun tetap disebut sebagai “Turkey” hingga sekarang.

Kalkun merupakan salah satu burung terbesar di dunia. Uniknya ketika sudah dewasa, kepala dan leher burung ini menjadi telanjang, bulunya akan berkurang, tidak menjadi bulu keras. Pangkal kakinya akan dilengkapi dengan taji, dan bulu ekornya akan mengembang membentuk kipas saat menarik perhatian lawan jenis. Kalkun betina memiliki ukuran lebih kecil dan warna bulunya kurang berwarna-warni dibandingkan dengan kalkun pejantan. Sewaktu berada di alam bebas, kalkun mudah dikenali dari rentang sayapnya yang mencapai hingga 1,5-1,8 meter.

Tertarik dengan keunikannya tersebut, pemuda asal Desa Keras, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang ini lantas memeliharanya. Namanya Diki Wisnu, ia telah menyukai kalkun sejak empat tahun silam dan saat ini memiliki beberapa jenis kalkun, di antaranya Kalkun Black Spanish, White Holland, Bronze, serta Bourbrond Red.

Baca Juga:
Guru PAI Jombang Belajar Menulis Ilmiah

“Keempat jenis kalkun tersebut memiliki keunikan tersendiri. Seperti halnya Black Spanih, merupakan jenis kalkun termahal dan hampir langka yang sudah jarang ditemui dengan bulunya yang berwarna hitam diseluruh tubuhnya. Bourbond Red, jenis ini memiliki bulu berwarna coklat kemerah-merahan dengan sayapnya warnanya putih,” kata laki-laki berumur 37 tahun ini

Sedangkan untuk yang jenis Bronze, lanjut Diki Wisnu, banyak ditemui di Indonesia. Kalkun Bronze ini tergolong dalam jenis kalkun terbesar, juga termasuk kalkun pedaging dengan bulunya yang berwarna kecoklatan. Untuk yang jenis White Holland saat ini sudah berkembang di Indonesia yang berasal dari Amerika.

“Seluruh jenis kalkun memiliki keunikan tersendiri, seperti tubuhnya berukuran besar serta bulunya yang indah dipandang. Selain itu perawatannya tergolong mudah. Dalam sehari cukup diberi makan dua kali dengan campuran sayuran dan katul lembut,” ujarnya ketika ditemui di kandang miliknya.

Kalkun mempunyai pembawaan yang tenang dan tidak banyak tingkah bila dilepas bebas, tetapi akan berbalik menjadi liar bila dimasukkan kandang sempit. Hal tersebut dikarenakan gerakan kalkun akan sangat terbatas sehingga sering mengalami stres, bulu rontok atau rusak, dan luka yang tidak cepat sembuh. Kandang yang sempit juga membuat kalkun sering makan, jika ransum (porsi atau ukuran makanan) habis akan memakan seadanya.

“Hal ini sangat berbahaya karena akan menimbulkan berbagai macam penyakit. Penyakit ringan yang biasa menyerang kalkun akan mengalami kepala hitam akibat serangan protozoa yang berkembang biak di dalam kandang sempit serta kurang sinar matahari. Jika terjadi semecam itu harus cepat dikasih obat,” tegas Diki Wisnu.

Namun dengan masih sedikitnya populasi kalkun saat ini di Indonesia, membuat harganya cukup mahal di pasaran. Seekor kalkun usia dua bulan, biasanya dihargai 600 ribu sampai 1 juta rupiah, tergantung jenis dan bentuknya. Oleh karena itu Diki Wisnu selain menyukai kalkun serta berusaha membudidayakannya. Selain untuk hewan hias, daging kalkun dan bulu di pasaran juga bernilai ekonomis tinggi. aditya eko
Lebih baru Lebih lama