Direktur Utama DeDurian Park, Yusron Aminulloh bersama Direktur Pelaksana, Joko Sutiono sedang memberi materi kepada pada member. (Chicil)

WONOSALAM – Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang dalam beberapa waktu terakhir berkonsentrasi menggarap pariwisata. Baik melalui pihak swasta maupun warga setempat melalui Karang Taruna dengan mandiri menggarap wilayah di bawah kaki Gunung Anjasmoro tersebut. Ditambah adanya kegiatan tahunan Kenduren Wonosalam, semakin banyak menarik minat wisatawan. Tidak hanya di dalam kota sendiri, melainkan dari luar kota pun rela menginap semalam hingga beberapa hari untuk menyaksikan dan merasakan durian Jenis Bido yang sangat khas dari sana.

Hal itu diakui oleh salah satu pengembang usaha pariwisata di sana, Yusron Aminulloh bahwa potensi di Wonosalam sangatlah besar. Selain area pegunungan yang pasti dingin, sejuk, udara yang masih segar, dan keberadaan durian lokal yang menjadi nilai tambah tersendiri. Buah yang di kenal sebagai rajanya buah-buahan ini memiliki penggemar yang tergolong maniak.

Yusron Aminulloh mengatakan, “Durian Wonosalam memiliki potensial, tetapi yang menjadi permasalahan ialah selama ini belum menjadi perkebunan industri durian melainkan hanya menjadi perkebunan rakyat saja. Dua istilah ini tentu memiliki pengertian yang berbeda. Pembedanya ialah, ketika pengelolaan durian dari perkebunan rakyat, prosesnya hanya sekedar mengenal layaknya menanam, penyiraman menungu air hujan, proses pemberian pupuk yang hanya berkala saja, serta menunggu berbuah. Lain halnya ketika sudah terpola dengan metode perkebunan industri, bentuk dan proses penanaman, perawatan, hingga pengelolaan hasil buah, memiliki nilai jual tinggi.”

Baca Juga: Akreditasi PAUD-PNF Menuju Kualitas Pendidikan Bermutu

Direktur Utama DeDurian Park ini menambahkan, petani durian lokal asli sudah cerdas dan terdidik secara alami. Sehingga meskipun mereka tidak melakukannya secara indutri, para petani ini sudah mulai mengetahui kualitas dari ciri khas Durian Wonosalam. Namun jika ditinjau dari sisi nilai jual, mereka hanya mendapatkan nilai jual yang masih tersematkan pada kualitas durian lokal. Kisaran harga 60 ribu rupiah hingga 150 ribu rupiah, dan harganya tak bisa melebihi itu. Durian di DeDurian Park dalam waktu lima tahun kedepan, akan memiliki harga pasar nasional, distandarkan dengan per satuan kilogram (kg) bukan per buah. Nantinya harga per kg bisa mencapai 100 ribu rupiah hingga 200 ribu rupiah bergantung pada ukuran buah. Setiap buah rata-rata memiliki berat 2 kg hingga 3 kg dilihat dari lingkar besaran diameter standarnya.

Menariknya pengembangannya sinergis kepada agroproperty dan wisata edukasi. Proses pembangunannya pun juga terbilang cepat berkat dukungan masyarakat, pemerintah, dan terpenting mitra DeDurian Park yang tergabung dalam member.

Suasana DeDurian Park Wonosalam. (Chicil)








Melihat potensi Kecamatan Wonosalam yang unggul dalam wilayah perkebunan juga pertanian, dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Jombang dijelaskan bahwa wilayah Kecamatan Wonosalam dan beberapa kecamatan di sekitarnya meliputi Mojowarno, Bareng, dan Ngoro akan di skenario dikembangkan menjadi Kawasan Agropolitan dan Struktur Ruang Kawasan. Kawasan Agropolitan sendiri adalah kawasan pertanian yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis serta mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian di wilayah sekitarnya. Kecamatan Wonosalam akan melayani cluster peternakan, tanaman tahunan, dan tanaman buah; Kecamatan Bareng melayani cluster tanaman pangan, dan Kecamatan Ngoro melayani cluster perikanan dan tanaman sayur.

Kawasan Agropolitan ini juga muncul untuk menjamin keberlangsungan produksi pertanian serta melaksanakan amanat Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Hal tersebut pun juga sudah tercantum dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Jombang tahun 2009-2029.

Pola pengembangan wilayah Wonosalam dan sekitarnya kedepannya akan lebih mengunggulkan hasil alam yang di miliki. Hasil dari perkebunan, pertanian, dan juga peternakan, yang diantaranya berupa padi organik, kopi, dan peternakan sapi perah. Kawasan Agropolitan Wonosalam juga diharapkan mampu mendorong sektor pariwisata yang berbasis lingkungan (ekowisata). Disamping itu juga diharapkan mampu mendorong munculnya beberapa kreatif event yang dapat mengingkin perekonomian pedesaan. Sehingga hal itulah yang akan diajukan kepada investor agar bersedia menanamkan modalnya untuk membantu pengembangan wilayah Wonosalam dan sekitarnya untuk maju lebih baik lagi. chicilia risca
Lebih baru Lebih lama