Produk ASTI dapat membunuh hama tikus. (Istimewa)

KESAMBEN – Suasana kampungku yang masih asri serta begitu menyejukan hati, bagiku. Terlebih jika pagi-pagi buta seperti, embun pagi yang menyelimuti area persawahan. Kebetulan ada di dekat rumahku membuat ingin segera menikmati kebesaran Tuhan yang telah diberikan untuk dunia. Saya adalah Fadli, anak Desa Jombatan, Kecamatan Kesamben. Hari Minggu saya bersama teman-teman berkeinginan untuk bermain di area persawahan tersebut.

Akhir-akhir ini pertanian di desa kami sedang mengalami kendala. Banyak dari petani yang mengeluh tentang hasil panen yang kurang maksimal bahkan merugi karena di serang hama tikus. Hewan pengerat ini tidak tanggung-tanggung melahap tanaman dipersawahan. Kondisi pertanian di desa kami memang sedikit berbeda jika dibandingkan dengan desa-desa lain. Ada tiga karakteristik pertanian yang terbagi beberapa areal yaitu lahan basah, kering, dan gampeng (sebutan lahan pertanian yang ada di area sungai). Oleh karenanya penanganan hama tikus sulit sebab tikus akan berpindah-pindah karena itu di desa kami saat ini sedang digalakkan ASTI.

Menurut kepala desa kami, Mohammad Hufron, ASTI adalah kepanjangan dari Asap Tikus. Memang segala upaya dilakukan untuk menekan serangan hama ini. Salah satunya adalah metode pengasapan ini. Obat pembasmi tikus yang digunakan tersebut berbentuk seperti batang dinamit. Namun, isinya belerang. Sumbu dinamit belerang itu yang kemudian disulut dengan api, setelah berasap kemudian diletakkan di lubang atau mulut liang tikus.

Baca Juga: Belajar Tidak Perlu Bertatap Muka

Saya bersama teman-teman membantu petani membasmi tikus tersebut. Kami tidak khawatir akan bahaya dinamit tersebut karena tidak menggunakan potasioum (bahan peledak), bahannya hanya belerang dan arang kembang jadi yang keluar hanya asap saja. Asap itulah yang membunuh tikus-tikus. Biasanya satu lubang tikus kami taruh satu dinamit kemudian ditutup agar asap tidak keluar.

Meski baru diujicobakan, metode tersebut diyakini punya tingkat keberhasilan tinggi. Catur Muhibbuddin yang juga sebagai Sekertaris Desa Jombatan sudah menguji coba secara langsung dengan menggunakan rekayasa lubang tikus yang di desain menyerupai jalur tikus di dalam tanah. Hasilnya dengan menggunakan dinamit tersebut tikus berhasil mati lebih kurang 15 sampai 20 menit.

Efek dari asap ini hanya berpengaruh bagi tikus dewasa saja, karena penyebaran racun bermula dari mata si tikus. Untuk anak tikus yang masih belum bisa melihat tidak akan terkena efek. Namun karena masih kecil otomatis anak tikus akan mati dengan sendirinya karena kekurangan asupan makanan.

Pembasmian hama tikus juga bisa dilakukan dengan pemberian racun. Namun di desa kami lebih memilih menggunakan teknik pengasapan tersebut. Jika menggunakan racun, tikus tersebut bisa mati jauh dari lokasi pemberian racun dan akan berdampak pada hewan pemakan tikus juga akan mati. Oleh karena itu, pengasapan dinilainya adalah solusi terbaik. Tikus tersebut akan mati di dalam lubang tersebut. Sehingga untuk pembersihannya pun memudahkan petani.

ASTI bisa dilakukan kapan saja apabila dijumpai lubang aktif tikus, yang biasa ada di tanggul-tanggul saluran irigasi, tanggul jalan sawah, pematang besar, hingga pekarangan yang berbatasan dengan sawah. Pada saat tikus berkembang biak, yang bertepatan dengan stadia padi generatif (hamil hingga menjelang panen), induk tikus akan menutup mulut lubang sarangnya dari dalam. Karenanya, sebelum di asap sebaiknya lubang aktif dibuka terlebih dahulu dengan cangkul baru kemudian di asap.

Kami senang membantu petani menanggulangi hama di sawah. Kami jadi tahu bagaimana menanggulangi hama tikus lebih ramah lingkungan dengan menjaga ekosistem. Harapan kami produk ini dapat membuat hasil panan para petani membaik dan meningkat. Selain itu inovasi desa ini dapat memberi contoh positif bagi masyarakat luas. aditya eko
Lebih baru Lebih lama