Anak didik tengah memasukkan sampah ke dalam tempat sampah. (Istimewa)

SUMOBITO –
Sampah dan kebersihan menjadi salah satu isu yang mendapatkan perhatian dari berbagai kalangan. Banyak dampak bisa terjadi jika pengelolaan sampah tidak dilakukan secara baik dan benar. Sebelum membicarakan mengenai pengelolaan sampah, terdapat satu hal sederhana namun penting untuk disadari dan dilakukan oleh semua orang, yakni tidak membuang sampah sembarangan dengan langkah membuang sampah pada tempatnya.

Meski terlihat sederhana, kebiasaan ini nyatanya perlu diajarkan, dilatih, serta dibiasakan dalam waktu yang lama. Bahkan jika memungkinkan dilakukan sejak masih anak-anak. Menyadari hal tersebut, TK Tri Bhakti Segodorejo, Sumobito dalam kegiatan pembelajaran sehari-harinya menerapkan nilai pembiasaan “Sadar Sampah Sejak Dini”. Kegiatan ini adalah membiasakan anak didik untuk selalu membuang segala jenis sampah ke dalam tempat sampah.

“Bukan hanya sampah-sampah plastik bekas makanan serta kertas, bahkan potongan atau serpihan makanan sekecil apapun harus juga mereka ambil, bersihkan, dan masukkan ke dalam tempat sampah,” tutur Kepala TK Tri Bhakti Segodorejo, Sumarmi, S.Pd.

Baca Juga: Menceritakan Peristiwa Sehari-hari

Namun Sumarmi juga menyadari bahwa tidak di semua tempat terdapat tempat sampah. Hal itu juga yang perlu diajarkan pada anak didik. Sehingga ketika anak didik tidak menemukan tempat sampah, mereka harus melakukan hal lain yakni menyimpannya lebih dulu di dalam tas, kantong celana atau baju. Baru ketika sudah menemukan tempat sampah, sampah yang disimpan tadi dibuang.

Sumarmi menambahkan meski kegiatan ini sudah menjadi agenda rutin lembaga yang sudah berdiri sejak tahun 1984 ini, nyatanya dalam pelaksanaannya sungguh sangat berat. Perlu kesabaran juga ketelatenan untuk membuat anak didik terbiasa membuang sampah pada tempatnya dengan kesadaran mereka sendiri. Ibu tiga anak ini mengaku dalam setiap angkatan memiliki rentang waktu yang berbeda-beda untuk memahami kemudian membiasakan diri untuk melakukan kebiasaan ini.

“Angkatan tahun ini yang paling cepat memahaminya. Hanya perlu waktu dua bulan dari pertama kita mengenalkan sampai mereka akhirnya terbiasa. Padahal sebelum-sebelumnya bisa sampai lima-enam bulan. Diantara anak didik sendiri juga semangat saling mengingatkan ketika ada temannya yang melanggar,” ucap Sumarmi dengan bangga.

Keberhasilan ini selain memang karena anak didik yang mungkin memiliki daya serap tinggi mengenai suatu hal, ketekunan dan kesabaran para guru untuk mengarahkan anak didik.

“Setiap Senin ketika upacara bendera, ketika ada anak didik yang melanggar kami selalu mengingatkan. Saat mereka berhasil melaksanakannya dengan kesadaran sendiri, kami memberikan pujian agar semakin semangat dan termotivasi untuk terus melakukan,” ungkap Sumarmi.

Agar terjadi kebersinambungan, dukungan dari wali anak didik juga masyarakat pun juga diperlukan. Jangan sampai hal baik yang sudah ditanamkan di sekolah menjadi mentah sewaktu kembali ke lingkungan sosialnya yaitu keluarga dan masyarakat.

“Meski kegiatan ini sederhana namun harapannya semoga ini menjadi bekal anak didik untuk membangun prinsip atau kebiasaan baik yang harus mereka lakukan,” tutup Sumarmi. fitrotul aini.


Lebih baru Lebih lama