Foto bersama guru SDN Kromong Ngusikan. (aditya)

NGUSIKAN – Tidak hanya sulit dijangkau, namun realita sekolah-sekolah di pedalaman boleh di kata masih minim dari laiknya fasilitas yang mendukung bagi warga sekolah dan jaraknya yang sulit dijangkau. Realita potret sekolah di Kabupaten Jombang tersebut salah satunya di SDN Kromong, Kecamatan Ngusikan. Jarak tempuh untuk menjangkau wilayah ini dari pusat Kota Jombang membutuhkan waktu yang panjang. Hampir lebih kurang 30 kilometer dan ditempuh sekitar satu jam perjalanan dengan motor.

Meski ada jalan yang sudah menggunakan material cor beton namun masih ada jalan rusak. Terlebih jika musim penghujan akan lebih sulit karena kondisi jalan yang licin dan berbatu. Disisi lain para pengguna jalan juga harus berhati-hati karena melewati tengah hutan.

Selain permasalahan letak geografis, minimnya fasilitas penunjang sekolah pun dialami oleh SDN Kromong Ngusikan ini. Pasalnya gedung sekolah tersebut hanya memiliki lima ruangan saja yang terbagi menjadi empat ruang kelas dan satu ruang guru. Fasilitas pendukung bagi peserta didik seperti ruang perpustakaan belum tersedia.

Baca Juga: 75% Pendidikan Agama, Melahirkan Tokoh Terkemuka

Penjaga SDN Kromong Ngusikan, Yudi Sugianto, menjelaskan bahwa ada ruangan yang disekat untuk dijadikan dua kelas. Seperti kelas satu dan dua, serta kelas tiga dan empat. Hal tersebut dikarenakan jumlah peserta didik selama ini tidak sampai 50 anak dari kelas satu sampai kelas enam.

“Selain fasilitasnya yang memang kurang, beberapa ruang kelas juga diserang rayap. Jadi beberapa atap ada yang hancur. Tidak kurang setiap satu tahun kami harus mengganti kayu-kayu yang sudah dimakan rayap tersebut dan mengganti plafon yang jebol,” ungkap Yudi Sugianto sambil menunjukkan bangunan yang rusak.

Segala jenis penanggulangan untuk merawat kayu dari rayap sudah di lakukan. Tetapi hingga saat ini masalah tersebut belum teratasi. Kekhawatiran semakin bertambah disaat musim hujan tiba karena ada potensi atap sekolah akan runtuh, karenanya pengecekan sering dilakukan oleh Yudi Sugianto.

Kepala SDN Kromong, Ngusikan, Rokanah, S.Pd menambahkan, “Tidak hanya bangunan saja yang dimakan rayap, buku pelajaran dan berkas-berkas juga banyak menjadi santapan hewan bernama ilmiah Isoptera. Selama ini kami sudah mengajukan bantuan kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Jombang tetapi belum disetujui. Harapan kami pengajuan tersebut segera disetujui.

Buku-buku pelajaran dimakan rayap. (aditya)

Namun dengan adanya permasalahan tersebut, lanjut Rokanah memiliki dampak positif. Para guru di sekolahnya menjadi kreatif dalam memberikan pengajarannya kepada peserta didik. Tidak terpaku pada buku paket dan alat peraga yang tersedia. Guru-guru kelas berinovasi membuat pembelajaran dikelas menjadi lebih menyenangkan.

“Contohnya kemarin di kelas satu sewaktu tema keluargaku, karena bukunya rusak guru kelasnya mengondisikan untuk peserta didik untuk membawa foto keluarganya. Dengan hal sederhana tersebut ternyata membuat pembelajaran lebih menarik. Terlebih peserta didik menjadi objek langsung dalam pembelajaran tersebut,” uangkap mantan Kepala SDN Mojodanu I Ngusikan tersebut.

Meski berada di wilayah pinggiran Jombang, guru di sekolah yang berbatasan dengan Kabupaten Lamongan tersebut tidak pernah putus asa. Mereka selalu mengambangkan sekolah tersebut agar dapat bersaing dengan sekolah lain. Alhasil selama ini peserta didiknya hampir sebagian besar selalu di terima di SMP Negeri dan nilainya tidak kalah dengan yang lain. Selain menitikberatkan pada pendidikan akademis, melainkan juga fokus kepada beberapa pendidikan non akademis yang tergabung pada ekstrakurikuler seperti tari, banjari, voli, dan pramuka. aditya eko

Lebih baru Lebih lama