NGUSIKAN –
Mengunjungi suatu daerah, kurang afdol rasanya kalau belum mencicipi sajian kulinernya. Terlebih, makanan tersebut tak mudah ditemukan di wilayah tempat tinggal kita.

Ketika berkunjung ke wisata alam yang ada di Gunung Pucangan, Ngusikan, wisatawan akan menjumpai salah satu warung yang berada di tengah hutan. Lokasinya di pertigaan menuju Desa Mojodanu, Kecamatan Ngusikan.

Warung Pojok Pertigaan (PTM) Rimba Jaya ini sudah memiliki banyak pelanggan. Tentu saja, warung ini selalu ramai saat akhir pekan. Uniknya, menu yang ditawarkan begitu khas dan tergolong kuliner ekstrem, yaitu rica biawak atau yang sering disebut nyambik (Bahasa Jawa).

“Setiap Sabtu dan Minggu selalu ramai pengunjung. Ada dari Kediri, dan tentu saja pengunjung asal Jombang. Menu favorit pelanggan mayoritas rica biawak. Tak jarang usai makan, pembeli juga memesan beberapa bungkus sebagai buah tangan untuk dibawa pulang,” terang pemilik warung, Mulyono.

Baca Juga: Seleksi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Berprestasi Tingkat Kabupaten Tahun 2020 Tidak Banyak Perubahan

Daging biawak yang lembut serupa mengkonsumsi olahan ayam ini terasa nikmat jika disantap dalam keadaan hangat. Juga agar kandungan minyak dari daging biawak mampu terserap sempurna. Meski terbilang dagingnya sangat sedikit, pengunjung rela menguliti ruas demi ruas sampai ke sela tulang dengan teliti dan sabar. Ditambah dengan rasa gurih serta pedasnya olahan bumbu rica, semakin mengaduk-aduk nafsu makan pecinta kuliner.

Kenikmatan daging ini tak lepas dari cara pengolahannya. Daging biawak di warung tersebut masih segar. Karena begitu biawak disembelih, dagingnya langsung dipotong-potong, kemudian diolah. Adalah Wartini, istri Mulyono, yang mengolah daging tersebut hingga memiliki cita rasa memikat.

Wartini menerangkan, cara meracik bumbu yang ia praktikkan sangat berbeda dengan rica pada umumnya. Wartini tak menggunakan serai dan merica. Dia lebih mengandalkan rasa pedas dari cabai rawit segar. Takarannya, antara 2 kg hingga 3 kg cabai. Takaran tersebut selalu digunakan setiap kali memasak, jadi bisa terbayang betapa pedasnya. Tetapi bagi yang doyan pedas, pasti semakin menggugah selera makan.

Perempuan berhijab ini menuturkan, bagian ekor biawak menjadi pilihan. Pasalnya, bagian tersebut dagingnya cukup banyak, seratnya sedikit. Sedangkan pada bagian perut justru minim daging. Kecenderungan lemak serta organ dalam biawak yang terbalut tulang cukup dominan. Ada beberapa bagian tubuh biawak yang tak dapat dimanfaatkan, seperti organ bagian dalam dan juga kepala. Sementara pada kulitnya bisa dijadikan kerupuk rambak.

“Satu hari saya menyembelih dua hingga tiga ekor biawak. Berbeda saat hari libur nasional atau akhir pekan, bisa mencapai empat ekor. Rata-rata berat biawak per ekor antara 2 kg hingga 4 kg. Kami menyediakan rica biawak dari pukul 08.00 WIB hingga 19.00 WIB. Lain halnya saat musim penghujan, buka maksimal sampai pukul 17.00 WIB. Menu rica biawak selalu ludes terjual,” terang Wartini.

Pasokan biawak satu kuintal didatangkan dari Kabupaten Lamongan secara rutin. Stok ini mampu mencukupi permintaan konsumen hingga satu minggu, dengan jumlah kurang lebih 40 ekor.

“Beberapa pengunjung justru membeli dalam keadaan hidup. Harga yang saya berikan hitungannya per kilo. Yakni, Rp 25 ribu per kilogram,” tandas Mulyono saat mengambil biawak di karung.

Tak perlu ragu untuk bertandang dan menikmati cita rasa pedasnya rica biawak. Selain dijamin kenikmatan dan sensasinya, harga yang dipatok juga ekonomis, yakni hanya Rp 5 ribu untuk satu bungkus rica biawak. Kemudian ditambah satu piring nasi yang dibandrol dengan harga Rp 3 ribu. Datang dan rasakan sendiri pedasnya, nampol!

Reporter/Foto: Chicilia Risca Y.
Lebih baru Lebih lama