JOMBANG – Dampak penyebaran Virus Corona atau Covid-19 sangat signifikan. Aktivitas pendidikan pun akhirnya layu sejenak guna meredam penyebarannya. Termasuk di Kota Santri, tak ayal pembelajaran dilakukan di rumah. Banyak yang menggunakan sosial media WhatsApp sebagai fasilitastor berkomunikasi. Teknisnya guru mengirimkan materi pembelajaran dan tugasnya, lantas peserta didik menimpai dengan aktivitas pembelajaran dan hasil pekerjaannya.

Sayangnya dalam interaksinya tidak bisa berjalan langsung laiknya pembelajaran di kelas. Dosen Program Studi (Prodi) Sistem Informasi Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (Unipdu) Jombang, Ali Mudtadho, S.Kom., M.Kom mebeberkan, sebenarnya cukup banyak variasi software elearning yang dapat digunakan untuk pembelajaran di rumah. Sehingga pembelajaran di rumah bisa berjalan dua arah dengan berkomunikasi langsung. Namun pada prinspinya berbasis website sehingga butuh investasi server sendiri hingga domain dan hosting.

Ada pula yang bergabung dengan platform lain laiknya yang dikembangkan google melalui Google Classroom. Ini cukup mudah karena tinggal masuk melalui akun. Aplikasi tersebut juga sudah jamak digunakan dalam smartphone berbasis android khususnya.

Baca Juga: Kelulusan Tahun Pelajaran 2019/2020 Sepenuhnya di Tangan Sekolah

Sementara itu kalau ingin bisa bertatap muka langsung laiknya videoconference atau live streaming bisa memilih menggunakan softwere Zoom atau WebeX. Hanya saja, diperlukaan koordinasi jadwal supaya dapat berjalan serentak, serupa yang dilakukan oleh pemerintah pusat atau Pemerintah Kabupaten Jombang akhir-akhir ini. Namun kelemahannya selain dibutuhkan akses internet dengan kualitas tinggi dan stabil, juga terbilang cukup boros kuota data. Apalagi di Indonesia internet masih menjadi barang mahal.

Tawaran kemudahan ini, menurut Mohamad Ali Murtadho, kuncinya bukan kecanggihan aplikasi atau platform, namun seberapa mudah pengguna merasa nyaman dan mampu menggunakan. Percuama saja, aplikasi yang digunakan canggih, tetapi pada penggunaanya kesulitan. Sehingga tidak akan ada keselarasan.

Ditambahkan Pengamat Informasi Teknologi (IT) Jombang, Ivan D. Fibrian, S.Kom. Dia menilai, efektif dan tidaknya aplikasi itu tergantung pada penggunanya. Seperti menggunakan Google Classroom, para guru atau peserta didik sudah mempunyai akun Google. Google memiliki karakter Singgle Sign On atau yang biasa disebut SSO.

“Melalui login ke akun Google, maka dapat mengakses semua fitur Google. Termasuk mengakses Google Classrrom, kemudian membuat konten di setiap pokok bahasan pertemuan. Di sana guru dapat mengundang peserta didik melalui link/url ke kelas atau bergabung dengan menggunakan kode kelas tersebut. Selain itu guru juga bisa membuat evaluasi pembelajaran berbentuk kuis. Pelaksanaan ulangan harian maupun mengumpulkan tugas juga bisa dilakukan. Tawaran yang menguntungkan pengguna, bisa diintegrasikan dengan aplikasi Google lainnya, seperti Google Drive untuk menyimpan dan mengumpulkan tugas,” jelas Ivan D. Fibrian.

Senada dengan Ali Murtadho, Ivan D. Febrian menjelaskan bahwa pembelajaran daring berbasis video, live streaming tentu membutuhkan kecepatan yang tidak hanya tinggi tapi juga stabil. Selain masalah kecepatan, sebenarnya masalahnya adalah kuota data yang dimiliki peserta didik. Karena tidak semuanya mempunyai anggaran untuk membeli kuota data internet yang cukup, itu masalahnya.

“Jika biasanya mengajar di kelas cukup satu slide dan bermodal satu lembar, guru mampu menerangkan serta menjelaskan. Namun dengan pembelajaran online tidak bisa seperti itu. Bahannya harus lengkap, petunjuknya juga lebih jelas dan harus sabar. Karena membutuhkan waktu yang cukup lama, tak seperti tatap muka di kelas. Tantangan lain yang dihadapi ialah belum meratanya jaringan internet bagi pengguna atau peserta didik. Yang pasti, mereka juga belum terbiasa belajar daring,” tutup Muhammad Ali Murtadho yang juga menjabat sebagai Wakil Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Unipdu Jombang.

Reporter/Foto: Chicilia Risca Y./Istimewa
Lebih baru Lebih lama