JOMBANG – Pemakaman seringkali dianggap menjadi tempat yang menyeramkan. Padahal jika mau ditelaah lebih jauh, pemakaman terkadang menyimpan cerita tersendiri.

Salah satu pemakaman termayshur di Kabupaten Jombang adalah kompleks pemakaman atau Pesarean Pulo Sampurno Jombang. Lahan pemakaman yang ada berada di Jalan Kusuma Bangsa, Jombang atau tepatnya di sebelah utara Taman Makam Pahlawan (TMP) Jombang ini ternyata sudah ada jauh sebelum Republik Indonesia merdeka.

Juru Kunci Pesarean Pulo Sampurno Jombang, Suharsono menjelaskan, “Area ini resmi menjadi pemakaman dan memiliki yayasan pengelola sejak 1907. Namun jauh sebelum itu juga di sekitar wilayah ini sudah digunakan sebagai makam desa warga setempat.”

Baca Juga: SD Negeri Tinggar Bandarkedungmlyo Banjari Mengantarkan Meraih Prestasi

Suharsono menambahkan, tidak ada alasan pasti mengapa wilayah yang kini cukup padat dengan penduduk tersebut dipilih menjadi sebuah lahan pemakaman. Namun pria yang akrab disapa Pak Har itu menyebut bahwa sebagian lahan yang saat ini menjadi bagian dari area Pesarean Pulo Sampurno adalah tanah hibah atau pemberian dari Bupati pertama Jombang, Raden Adipati Ario (R.A.A) Soeroadiningrat.


“Oleh karena itu, makam Kanjeng Sepuh (panggilan akrab R.A.A. Soeroadiningrat) juga ada di sini. Sampai saat ini masih kami rawat dengan baik. Jika ada yang ingin datang berziarah, harus izin terlebih karena area makam Kanjeng Sepuh tidak selalu dibuka,” terang Suharsono.

Dibagi ke dalam enam blok, Suharsono menyatakan tidak ada peruntukan atau pembagian khusus untuk masing-masing blok. Bagi masyarakat atau anggota Yayasan Kematian Pulo Sampurno yang meninggal dan ingin dimakamkan di sana, ketentuannya adalah mengikuti urutan yang telah ditentukan oleh pengurus yayasan dan juru kunci. Blok yang bisa digunakan biasanya adalah blok yang masih kosong atau blok yang memang sebelumnya sudah dipesan atau dibeli.

Istri Suharsono, Sukarmi menambahkan, meski tidak ada pembagian khusus, makam terlama ada di blok A atau di bagian utara. Sementara untuk makam-makam baru, diletakkan di antara blok C dan D. Sementara untuk blok F diperuntukkan bagi makam orang-orang non-muslim.

“Untuk TMP Jombang yang bersebelahan ini, sebenarnya dulu posisinya ada di belakang. Akan tetapi karena penting dan dijadikan sebagai makam para pahlawan akhirnya posisinya diubah. Sebagian lahan Pulo Sampurno yang tidak termasuk menjadi lahan TMP diletakkan di belakang lokasi TMP. Sehingga posisi Pesarean Pulo Sampurno ini berbentuk L,” ujar Sukarmi.


Suharsono menyebut sampai saat ini sudah terdapat hampir tiga ribu orang yang dimakamkan di Pesarean Pulo Sampurno. Seluruhnya dirawat dengan baik dan dibersihkan secara berkala oleh lima juru kunci yang dipekerjakan di bawah naungan Yayasan Kematian Pulo Sampurno. Setiap pagi dan sore, juru kunci akan menyapu dan membersihkan area sekitar makam di blok yang menjadi tugasnya.

Sementara untuk ketersediaan lahan pemakaman baru, Suharsono menyebut dengan luas hampir dua hektar masih ada cukup ruang bagi masyarakat yang menginginkan untuk dikebumikan di sana. Namun syarat utama bisa dimakamkan di lahan yang sudah berusia 123 tahun ini adalah menjadi anggota Yayasan Kematian Pulo Sampurno bagi warga yang berdomisili di Jombang. Sementara bagi yang berdomisili di luar Jombang namun ingin dikebumikan di sana diharuskan membeli sepetak lahan dengan harga sepuluh juta rupiah.

Selain makam bupati pertama Jombang, banyak pejabat beserta keluarganya yang dimakamkan di Pesarean Pulo Sampurno. Diantaranya keluarga mantan Bupati Suyanto.

Reporter/Foto: Fitrotul Aini
Lebih baru Lebih lama