JOMBANG – Menyambut tahun pelajaran baru kerap di sambut penuh gembira dan meriah. Baik itu peserta didik baru maupun dengan penyedia kebutuhan sekolah. Tetapi semakin derasnya angka positif Korona di Jombang mengakibatkan semakin lesu penjualannya. Dilengkapi dengan belum pastinya kepastian masuk sekolah seperti sedia kala.

Seperti yang tampak pada Tommy Sablon, toko yang mendyediakan pelbagai keperluan sekolah ini dari seragam hingan pernak-pernik pendukung lainnya sudah layu penjualannya. Bahkan menurun drastis sejak mulai merebak di Jombang awal Maret lalu.

“Kalau biasanya ada saja yang membeli kebutuhan perlengkap sekolah, kini jangan banyak berharap. Mulai kegiatan pembelajaran di sekolah diliburkan, penghasilanya terjun bebas,” terang Roni, putera pemilik Tommy Sablon.

Baca Juga: Kelulusan Tahun Pelajaran 2019/2020 Sepenuhnya di Tangan Sekolah

Ibarat petani maka memasuki tahun pelajaran baru merupakan momentum panen. Tetapi sekarang hanya di angan-angan saja. Lebih mengenaskan lagi bisa jadi kalau sampai tahun pelajaran di undur hingga awal tahun depan, lelaki 29 tahun itu tak bisa membayangkan dengan menunjukkan raut muka yang suram.

Hal yang sama pun dirasakan oleh pengrajin dan toko sepatu legendaris Jombang, Topik. Diungkapkan Achmad Munir tahun ini terbilang badai yang begitu kencang bagi usaha yang sudah ada dari tahun 1975 ini. Penurunannya terbilang sangat teramat curam hingga mencapai 100%. Baik pembeli dan pesanan tak ada sama sekali.


Achmad Munir mengatakan, “Bulan Ramadan dan kenaikan kelas selalu terbanjiri pesanan dari pelbagai wilayah Indonesia. Puluhan kodi bisa saya produksi dalam sekali pemesanan, berbeda untuk sekarang akibat serangan Korona menjadi nihil.”

Walaupun sangat terdampak, kedua pengusaha ini tak sampai surut semangatnya. Masih berkeyakinan di tengah kesulitan pasti ada jalan. Seperti yang dilakukan Roni dengan beralih sementara memproduksi masker. Maraknya bakti sosial pembagian masker, sedikit banyak melapangkan rejekinya. Begitu pun dengan Achmad Munir, terus berupaya tiada henti mempromosikan melalui beragam cara.

“Pelanggan memang tak sepenuhnya menggugurkan pesanan atau kerjasama, namun seiring kondisi ini produksinya ditunda sementara. Alhasil penghasilan juga tak bisa tepat waktu seperti biasanya, sementara pengeluaran tetap sama untuk gaji karyawan atau listrik misalnya,” pungkas Achmad Munir.

Reporter/Foto : Aditya Eko P.
Lebih baru Lebih lama