JOMBANG – Beras menjadi salah satu komoditi penting di Indonesia. Ketersediaan beras harus selalu dijaga. Begitu pula dengan di Kabupaten Jombang, dengan jumlah penduduk sebanyak hampir 1,2 juta jiwa membutuhkan lebih kurang 125 ton beras per tahun.

Jumlah tersebut nyatanya mampu terpenuhi karena pada 2019, berdasar data dari Dinas Pertanian Kabupaten Jombang, produksi beras mencapai 390 ribu ton. Dengan kondisi ini berarti Kabupaten Jombang mengalami surplus beras hamper 256 ribu ton.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Jombang, Dr. Pri Adi, MM menyatakan, meski mengalami surplus, sumbangsih Jombang dalam ketersediaan pangan daerah bahkan nasional masih sangat kurang. Untuk itu Dinas Pertanian berinisiasi mencanangkan program Restorasi Lahan Pertanian. Program ini bertujuan menaikkan produktivitas hasil panen padi atau beras dengan mengembalikan lagi tingkat kesuburan tanah.

“Dari survei serta tes yang dilakukan di seluruh area lahan pertanian yang ada di Jombang, struktur tanahnya menunjukkan kondisi yang kurang sehat. Derajat keasaman (pH) tanah rata-rata di bawah enam (bersifat asam), padahal idealnya adalah tujuh (normal). Sedangkan kandungan bahan organik yang ada dalam tanah hanya sekitar 1,17, idealnya adalah 5. Hal ini terjadi karena penggunaan pupuk dan bahan kimia terlalu banyak,” urai Pri Adi.

Baca Juga: Kenalkan Wisata dengan Bersepeda

Pri Adi berpandangan, untuk kembali menaikkan tingkat kesuburan tanah, maka petani harus mengurangi penggunaan pupuk dan bahan kimia lainnya. Petani juga diharapkan kembali menggunakan cara dan bahan-bahan alami dalam proses bercocok tanam.

Pria berkumis tebal itu menyebut penggunaan bahan alami bisa dilakukan sepanjang proses tanam. Misalnya saat proses pra tanam, jerami bekas panen padi tidak seharusnya dibakar. Namun dikembalikan ke lahan sawah untuk diolah menjadi unsur yang dapat membantu menaikkan kadar mikroorganisme bahan organik dalam tanah.

Proses penguraian tersebut dapat dibantu dengan penyemprotan mikroba bakteri pengurai. Selain menggunakan jerami, bekas-bekas tumbuhan serta kotoran hewan ternak juga bisa dipakai untuk membantu menaikkan MOL (Mikroorganisme Orgabniseme Lokal). Juga membantu penambahan jumlah mikroorganisme organik dalam tanah.

Sedangkan untuk meningkatkan kadar pH dalam tanah dapat menggunakan dolomit (kapur tanah pertanian). Pemberian dolomit dilakukan pada proses pra tanam usai jerami dan atau tumbuhan lain selesai terurai dengan baik.

Koordinator Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Kecamatan Ploso, Patmiasih membenarkan bahwa proses tanam padi dengan menggunakan cara dan bahan-bahan ramah lingkungan bisa meningkatkan produktivitas hasil pertanian.

Data Dinas Pertanian Kabupaten Jombang menyebutkan bahwa produktivitas lahan pertanian pada 2019 hanya mampu menghasilkan 6,3 ton padi per hektar. Akan tetapi, di lahan yang diolah secara organik dengan menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan mampu menghasilkan hingga 8 hingga 11,2 ton per hektar. Tergantung jenis atau varietas padi yang ditanam.

“Namun dengan kondisi tanah yang sehat, memiliki pH yang normal dan mikroorganisme dalam tanah yang subur, jumlah hasil panen padi di sawah dapat semakin meningkat,” ungkap Patmiasih.

Patmiasih juga mengakui bahwa usaha untuk kembali pada bahan-bahan organik tidak akan serta merta memberikan hasil yang maksimal. Perlu upaya serta proses yang harus dilakukan untuk bisa mendapatkan hasil yang diharapkan.

Proses tanam padi menggunakan bahan alami tidak hanya digunakan saat proses pra tanam, tetap juga selama masa tanam hingga pasca tanam. Selama masa tanam atau setelah bibit padi mulai ditancapkan, untuk menghalau Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) seperti di antaranya wereng dan tikus akan dihadirkan organisme musuh alami seperti burung hantu.

Jumlahnya akan dihitung agar keseimbangan ekosistemnya terjaga. Disamping itu, petani juga mengurangi penggunaan pestisida kimiawi. Namun jika keberadaan organisme musuh alami kurang mampu menangani gangguan OPT, maka petani bisa menggunakan pestisida nabati (alami) yang terbuat dari bahan-bahan seperti buah maja, gadung, tembakau, atau bintaro.

Selain itu, penanaman tumbuhan refugia juga bisa dilakukan untuk melindungi padi dari OPT. Karena sebelum menyerang tanaman utama (padi), OPT akan lebih tertarik pada tumbuhan refugia. Di sisi lain, tanaman refugia juga menjadi mampu menghadirkan atau meningkatkan populasi predator atau organisme musuh alami.

“Untuk memantau keberhasilan pertumbuhan tanaman, di area demfarm (demonstrasi farming) pertumbuhan tanaman padi, hama, bahkan penyakit yang mungkin menjangkiti tanaman padi akan dipantau setiap satu minggu sekali,” tambah Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Swadaya Ploso, Kutut Danu Winarko.

“Jika didapati hama atau penyakit yang perlu penanganan akan dilaporkan pada POPT untuk segera mendapatkan penanganan. Sehingga tidak semakin merambah ke lahan yang lain,” sambungnya.

Menjadi Program Unggulan Tahun 2021

Meski saat ini beberapa petani sudah menggunakan bahan organik dalam pengolahan pertaniannya, Dinas Pertanian Kabupaten Jombang baru akan melaksanakan program Restorasi Lahan Pertanian pada 2021.

Meski baru dilaksanakan tahun depan, beberapa persiapan seperti pelatihan kepada petani untuk membuat kompos dan bahan Mikroorganisme Organisme Lokal (MOL), mulai dilakukan. Juga kampanye atau mendorong petani untuk tidak membakar jerami melainkan langsung mengembalikannya ke lahan sawah untuk dilakukan proses selanjutnya, terus digalakkan.

“Kami juga akan mengintervensi pemerintah desa untuk menggunakan bantuan keuangan daerah untuk biasa proses pembuatan bokashi atau komposting. Selain itu juga akan ada bantuan dari Kementerian Pertanian pada kelompok tani untuk mendirikan Unit Pengelolal Pupuk Organik (UPPO). Dinas Pertanian kabupaten juga akan memberikan hibah uang pada kelompok tani untuk membuat pupuk kompos sendiri,” tutur Pri Adi.

Dengan usaha mengembalikan kesuburan tanah pertanian ini diharapkan produktivitas hasil panen di Kabupaten Jombang dapat meningkat. Jika di 2019 angka produktivitas hasil panen berada pada 6,3 ton padi per hektar, pada 2024 diharapkan hasil panen padi di Jombang bisa mencapai 10 ton padi per hektar.

Reporter/Foto: Fitrotul Aini
Lebih baru Lebih lama