JOMBANG – Macapat merupakan suatu sastra tradisional yang bertahan di sejumlah daerah dengan pelaku dapat dihitung dengan jari. Selain dibutuhkan pemahaman tentang Sastra Jawa khususnya, dalam melagukannya pun harus memiliki kemampuan tersendiri. Hal itu pula yang mendasari sekarang ini terus terkikis zaman.

Salah satu seniman Macapat di Jombang yang masih bertahan hingga kini di usia yang tak muda lagi adalah Kasminah. Perempuan yang sudah menggeluti mulai tahun 1982 kesenian khas Jawa ini semakin mencintai ketika menjadi Sinden.

“Sejak muda sudah terjun di kesenian yang ditenarkan oleh Walisongo ini. Kalau tidak salah saat masih usia 25 tahun sekadar melanggamkan dari hasil belajar sendiri karena lahir dari keluarga yang berdarah seni dan akhirnya mendapat undang pentas,” ujar perempuan kelahiran tahun 1957 ini.

Bahkan ketika di tanya mengapa bisa bertahan sampai sekarang? Tegas menjawab adalah keikhalasan dalam hati dalam menjalankan. Tidak berpikir soal penghasilan yang diperoleh, karena sudah terlanjur jatuh hati biarpun dibayar atau tidak tetap melakoni sepenuh jiwanya.

Baca Juga: Tokoh Indonesia Dijadikan Nama Jalan di Luar Negeri


Berangkat dari keikhlasannya itu akhirnya sejumlah penghargaan pun diberikan kepada perempuan yang sangat berbeda kalau sudah mulai nembang (Jawa: Menyanyi). Selain sangat jelas sekali pelafalan diksi Jawa lama, cengkok yang dihasilkan pun bakal tak kentara sekali kalau usianya sudah di ambang senja.

Ditambah sekarang ini masih ada saja pecinta Macapat tersendiri di Jombang, khususnya warga di Panti Werdha yang kerap ia dampingi saban sepekan sekali di hari Selasa. Namun karena situasi pandemi Korona membuat sekarang berhenti sejenak.

Harapannya kini pun tak banyak, ingin memiliki penerus yang sungguh-sungguh menerjuni Macapat sepenuh hati. Tidak lantaran tugas sekolah atau mata kuliah saja, melainkan ada keinginan lahir dalam diri sendiri.

Kasmiyah menuturkan, “Saya pernah memiliki murid yang awalnya untuk menuntaskan tugas kuliah. Kelamaan akhirnya turut mencintai seperti saya sehingga mampu dikembangkan hingga ke kancah internasional.”

Prinsip perempuan berisi ini asalkan ikhalas dalam menjalaninya, diyakini materi akan datang dengan sendiri. Terlebih sekarang ini sudah jarang sekali sehingga suatu kesempatan nanti pasti akan mahal. Baik secara apresiasi hingga yang diperoleh untuk menunjang kehidupan.

Reporter/Foto: Chicilia Risca Y.
Lebih baru Lebih lama