MOJOAGUNG – Penerangan sangat dibutuhkan ketika gelap telah hinggap. Oleh karena itu sejak ditemukannya lampu oleh Thomas Alva Edison perkembangannya sangat pesat. Baik secara teknologi hingga pada keartistikannya yang indah. Tak ayal hal itu membuat banyak orang menjadi jatuh cinta dan mempertahankannya meski sudah terbilang sangat lama dan kuno.

Salah satunya adalah Nusron. Lelaki asal Desa Gambiran, Kecamatan Mojoagung yang tetap mempertahankan bahkan hingga memburu lampu yang unik. Dikisahkan awalnya mirip orang yang sedang dilanda cinta, dari mata turun ke hati. Begitu melihat keantikan sebuah lampu tempel milik ibunya pada tahun 1978 saat beberes rumah langsung jatuh hati. Hingga sekarang pun masih terawat baik dan dipajang di ruang tamu rumahnya.

“Memang kadang harus mengeluarkan pelbagai cara ketika menemukan lampu yang sangat memikat. Namun sering juga mendapatkan dengan harga murah, bahkan pernah diberikan secara cuma-cuma,” ungkap lelaki yang kerap dipanggil Nus itu.

Baca Juga: SMK Negeri Gudo Fokus Lahirkan Wirausahawan Muda

Beberapa koleksi Nusron mayoritas didapatkan tak secara utuh dalam satu bentuk lampu tempel atau gantung. Biasanya, beberapa bagian terpisah diperoleh dari pasar barang bekas. Dari situ kemudian dirinya merakit ulang dengan serangkaian modifikasi. Lantaran beberapa bagian yang sudah rusak, patah, atau hilang.

Desain yang mempesona dan jarang dijumpai saat ini adalah alasan lelaki bertubuh tinggi ini begitu tertarik. Selain berburu di pasar loak juga mencari di para penambang pasir di Sungai Brantas. Kalau ada yang menemukan tak berpikir panjang lekas di beli.



Koleksi lampu klasik yang dimiliki Nasron sudah terkumpul 15 buah. Di antaranya berdiameter 28 cm, 35 cm, dan 40 cm. Biaya termurah menurutnya membeli dengan nominal 125 ribu rupiah pada tahun 1990-an. Kemudian pada tahun 2000-an pernah membeli seharga 500 ribu rupiah. Jika dikalkulasi, untuk satu rakitan lampu gantung yang dimiliki, lebih kurang sudah terkumpul Rp 1,5 juta.

“Terakhir saya membeli lampu gantung rakit sendiri sekitar Rp 450 ribu, jenisnya lampu mantenan. Beberapa jenis lampu mayorika juga saya koleksi. Keseluruhan bahan lampu gantung terbuat dari besi cor layaknya besi untuk bahan setrika arang zaman dulu,” jelasnya sambil merakit.

Perawatannya pun tidaklah sukar. Cukup dibersihkan dan dioles dengan semir sepatu tipis asal merata. Bisa juga menggunakan oli motor metik. Hal itu guna menjaga agar tidak mudah berkarat. Tak kalah penting adalah peletakannya, jangan sampai di ruangan yang lembab. Sirkulasi udara yang baik akan menjaga kualitas lampu klasik ini.

Reporter/Foto: Chicilia Risca Y.
Lebih baru Lebih lama