NGUSIKAN – Tetabuhan gamelan yang rancak namun syahdu di telinga, mengantarkan pembukaan kesenian Ludruk yang selalu diawali dengan Tari Remo dan Kidung. Selanjutnya para pemain memerankan lakonnya dengan apik sebagaimana alur cerita yang dibawakan. Namun jangan heran kalau ternyata pemainnya terbilang masih anak-anak. Walaupun begitu riuh gelak tawa dan tepuk tangan mengiringi sebagai bentuk apresiasi terhadap pertunjukkan tersebut.

Itulah penampilan Ludruk Cilik sebagai buah dari Inovasi Desa Ketapangkuning, Kecamatan Ngusikan. Diungkapkan oleh Ketua Tim Inovasi Desa, Hartono, selain sebagai sarana hiburan, Ludruk sesungguhnya dapat menjadi jembatan dalam pembentukan karakter seorang individu sedari dini.

“Selain kisah yang kerap bercerita tentang kehidupan nyata di masyarakat, sejumlah gerakan Tari Remo dan tetembangan sebenarnya mengandung falsafah yang bijak,” terang Hartono.

Baca Juga: Miftahul Ulum Tiada Hari Tanpa Bersepeda

Oleh karena itu, Kepala Desa Ketapangkuning, Nur Wahid sangat mendukung penuh. Baik rutin menggelar latihan tiap satu minggu dua kali juga kerap mementaskan di pagelaran desa. Tujuannya tentunya semakin menggemakan kepada masyarakat bahwa di tanah kelahiran dan tempat tinggalnya ada wadah yang positif bagi generasi muda.

“Ludruk memang kesenian asli Jombang yang wajib dilestarikan, selain itu diharapkan pula nilai yang tersirat dapat dimaknai sebagai pembelajaran diri guna pembentukan karakter yang luhur,” terang Nur Wahid.

Apalagi Desa Ketapangkuning berada di pinggiran Kota Santri sehingga sangat rentan sekali terseret arus globalisasi. Kalau tidak memiliki landasan pondasi yang kuat, bisa saja hanyut terbawa arus tanpa mampu memilah dan memilih yang baik untuk dirinya dan tidak sampai merugikan orang lain.

Terlebih kalau melihat anak muda zaman sekarang, sekadar diberikan penyuluhan atau sosialisasi pasti ditolak mentah-mentah. Untuk itu diperlukan sebuah inovasi yang mampu melebur dan tidak membatasi diri guna turut terlibat. Ludruk dianggap sebagai sarana yang tepat, apalagi potensi di sana juga ada kelompok Ludruk yang cukup besar yakni Budi Wijaya.



Semakin didukung adanya pendamping yang piawai menangani anak-anak yaitu Alfan Halim, S.Pd.SD yang rajin dan telaten mendampingi anak-anak. Memiliki latar belakang sebagai guru di SDN Ketapangkuning, sedikit banyak mampu mengidentifikasi dan menyelesaikan permasalahan anak-anak. Ditambah dengan kemampuannya mengajar Ludruk yang disesuaikan dengan usia pemainnya.

“Asalkan memahami dulu potensi mereka, segala bentuk pelatihan akhirnya menyesuaikan supaya mudah dipahami dan dipraktikkan. Demikian dengan penceritaannya pun menyelaraskan dengan dunia mereka,” terang Alfan Halim.

Reporter/Foto: Chicilia Risca Y./Istimewa
Lebih baru Lebih lama