Santi Fauziyah*

Banyak orang berangan-angan untuk bisa keliling negeri atau bahkan ke luar negeri. Sebagian dari mereka merasa ingin mengerti bagaimana kehidupan di sana, kebudayaan serta keadaan di sana. Entah itu hanya jadi angan-angan saja atau terwujudkan. Bagi yang berkantong tebal mudah saja pergi kesana kemari, tapi tidak dengan sebaliknya yang hanya akan jadi impian dalam gigitan jari.

Tanpa kita sadari ada solusi mudah dan murah akan hal tersebut. Melalui penggalan kata-kata dalam sebuah tulisan dalam buku, majalah, atau berita cetak maupun online. Tanpa harus berkeliling dunia, membaca buku dapat mengetahui sesuatu yang menakjubkan tentang dunia luar.

Membaca merupakan salah satu faktor untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Membaca juga dapat menjauhkan kita dari jurang kebodohan dan menjauhkan pula dari kemiskinan. Karena, ketika kita membaca, kita telah membuka jendela dunia ini. Lewat membaca, banyak ilmu pengetahuan yang bisa kita dapatkan, kita bisa dengan bebas memperluas wawasan, beraneka kejutan dan berbagai hiburan pun bisa kita peroleh melalui membaca.

Baca Juga: KB Cahaya Asri Gudo Bentuk Karakter Menggandeng Orangtua

Dengan membaca, kita dapat memahami kehidupan manusia di belahan dunia lain, sekaligus dengan latar belakang sosial dan kultural budaya mereka yang beragam. Bahkan bagi seorang penikmat buku, kecerdasan spiritual, budaya, sosial, dan intelektual akan semakin terasah.

Tidak jarang kita temui seseorang yang berubah kehidupannya karena terinspirasi oleh kata-kata yang terkandung dalam sebuah tulisan yang telah dibacanya. Di zaman yang serba modern ini, banyak orang yang terlalu sibuk dan larut dalam kehidupan bisnisnya atau hal-hal lain, sehingga melupakan untuk membaca.

Tidak jarang bahkan kita temui orang yang mengatakan tidak punya waktu yang cukup untuk membaca. Bahkan kebanyakan orang lebih senang meluangkan waktu untuk menonton, bermain game komputer, atau hanya sekadar duduk termenung saja. Padahal, membaca bukan hanya menambah wawasan saja, tetapi juga bermanfaat untuk kesehatan.

Berbagai manfaat yang bisa kita dapat, hanya dengan meluangkan waktu untuk membaca. Pertama, keindahan bahasa dalam sebuah tulisan akan mampu mengurangi stress, apalagi bacaan yang dibaca berupa buku fiksi atau cerita lucu lainnya. Kedua, dengan sering membaca secara tidak langsung dapat melatih otak dan pikiran.

Ketiga, membaca dapat menjauhkan risiko penyakit Alzheimer (pelupa), karena pada saat membaca, otak akan merangsang dan menstimulasikan kerja otak secara teratur. Keempat, membaca juga dapat membuat tidur lebih nyenyak, karena ketika terbiasa membaca buku maka hal ini akan bertindak sebagai alarm bagi tubuh, sehingga mengirimkan sinyal bahwa sudah waktunya untuk tidur.

Masih banyak manfaat membaca buku yang tidak dapat saya paparkan melalui tulisan sederhana ini. Kebiasaan baik itu tidak hanya akan menyegarkan pikiran tetapi juga memberi manfaat untuk kesehatan.

Islam sangat memperhatikan dalam hal membaca. Lima ayat pertama kali turun yang diterima oleh Nabi Muhmmad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam surat Al-‘Alaq di gua hira, menunjukkan hal itu.

عَÙ„َّÙ…َٱلۡØ¥ِنسَÙ€ٰÙ†َÙ…َالَÙ…ۡÙŠَعۡÙ„َÙ…ۡ (Ù¥)ٱلَّØ°ِىعَÙ„َّÙ…َبِٱلۡÙ‚َÙ„َÙ…ِ (Ù¤) ٱقۡرَØ£ۡÙˆَرَبُّÙƒَٱلۡØ£َÙƒۡرَÙ…ُ (Ù£) Ø®َÙ„َÙ‚َٱلۡØ¥ِنسَÙ€ٰÙ†َÙ…ِÙ†ۡعَÙ„َÙ‚ٍ (Ù¢)ٱقۡرَØ£ۡبِٱسۡÙ…ِرَبِّÙƒَٱلَّØ°ِىخَÙ„َÙ‚َ (Ù¡)

Artinya: “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Yang telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dengan nama Tuhanmu yang Maha Mulia. Yang telah mengajarkan manusia dengan perantaraan membaca dan manulis (Qs. Al-‘Alaq : 1-5).

Iqra berasal dari kata qara’a - yaqrau - iqra. Artinya bacalah atau membaca. Dalam Al Qur’an, kata yang berakar dari qara’a telah disebut beberapa kali. Al Qur’an itu sendiri berasal dari kata kerja qara’a - yaqra’u - qur’anan yang berarti bacaan atau sesuatu yang dibaca berulang-ulang.

Hal ini menunjukan perhatian yang cukup besar dari Allah dan betapa pentingnya arti membaca bagi manusia. Surat Al-‘Alaq diturunkan sebelum surat-surat lain, yang memiliki arti memerintah manusia untuk membaca sebelum memerintahkan hal yang lain. Hal ini tentu karena mengingat betapa pentingnya membaca.

Menurut para ahli tafsir, iqra’ memiliki arti membaca, sedangkan dalam arti yang luas dan mendalam, memiliki arti menelaah, menganalisis, mengkaji dan meneliti. Makna Iqra bukan sekadar bacalah, tetapi: budayakanlah menelaah, menganalisis, mengkaji, dan meneliti. Itu semua akan diperoleh dengan baik manakala pelakunya rajin membaca dan membaca.

Maka, kita bisa melihat negara-negara atau organisasi atau komunitas yang mengamalkan perintah membaca, mereka mengalami kemajuan dengan pesat, baik dalam ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, Sumber Daya Manusia dan lainnya. Mereka tampil menjadi sumber daya luar biasa yang diperlukan bagi peradaban dunia karena berawal dari hobi membaca.

Sayangnya di negara kita yang tergolong negara berkembang ini, budaya membaca belum mendapati peringkat baik dalam pengembangannya. Dalam buku Agus M. Irkham (2008: 151) menyatakan bahwa seringkali kita menghubungkan antara minat baca dengan kemampuan menulis.

Jadi, kalau kebiasaan membaca sudah menjadi kebiasaan hidup, dengan sendirinya kita akan mudah menulis. Hubungan antara membaca dengan menulis sangat ketat, meski tidak seketat antara mendengar dengan berbicara. Untuk dapat menulis, kita harus membaca. Membaca adalah sarana utama menuju keterampilan menulis

Minat baca warga negara Indonesia sangat rendah dan memprihatinkan. Dikutip dari Sindonews.com terbitan 19 September 2013. Hal ini dibuktikan dengan hasil indeks nasional yang menyebutkan bahwa indeks baca di Indonesia hanya 0,01. Sedangkan rata-rata indeks baca negara maju berkisar antara 0,45 sampai dengan 0,62.

Hasil tersebut membuktikan bahwa Indonesia menjadi peringkat ketiga dari bawah untuk minat baca. Sempat dikatakan Mendikbud ketika membuka kegiatan Uji Publik RUU Tentang Sistem Perbukuan di Universitas Muhammadiyah, Malang, Rabu (22-3-2017). Tentang budaya membaca dan literasi masyarakat Indonesia masih rendah, tertinggal empat tahun dibanding negara maju.

Mendikbud menjabarkan, kemampuan literasi siswa kelas XII di Indonesia masih setara dengan kemampuan siswa kelas VIII di negara maju. Ketertinggalan ini harus dikejar agar dapat meningkatkan daya saing sumber daya manusia Indonesia. Menurut Mendikbud, untuk mengatasinya ada beberapa langkah sederhana yang dapat dilakukan sejak kini, antara lain akan membangun perpustakaan di pinggiran, membangun gerakan membaca, kegiatan pembagian buku dan sebagainya.

Pengaturan perbukuan yang menjamin kemanfaatan, mutu, ketersediaan, keterjangkauan yang dapat dipertanggungjawabkan, menurut Mendikbud, akan membantu meningkatkan daya literasi masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, kata Mendikbud, Rancangam Undang-Undang (RUU) Sistem Perbukuan perlu segera disahkan.

Sementara itu, Ketua Tim Panitia Kerja (Panja) RUU Tentang Sistem Perbukuan, Sutan Adil Hendra, mengatakan RUU ini merupakan inisiatif DPR yang telah dibahas selama 10 tahun dan Tim Panja yang sekarang ini baru menerima mandat pembahasan pada 16 April 2016 untuk segera menuntaskannya bersama Pemerintah.

Menurut Wakil Ketua Komisi X DPR RI itu, uji publik ini adalah kali ketiga diselenggarakan setelah sebelumnya dilakukan di Sumatera Utara dan Jawa Tengah. Intinya, lanjut politisi Partai Gerindra itu, RUU ini adalah bagaimana mengatur agar negara hadir untuk menyelamatkan literasi bangsa Indonesia dengan buku murah, merata dan bermutu. Pada uji publik itu, pakar hukum Universitas Negeri Malang Joko Saryono dan Akademisi Universitas Muhammadiyah Malang, Sidik Sunaryo, memberikan pandangannya terhadap RUU tersebut.

Terhadap usulan yang disampaikan, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kemendikbud, Totok Suprayitno mengatakan akan menyelenggarakan Diskusi Kelompok Terarah untuk memformulasikan pembahasan kedua pakar tersebut pada 29 Maret 2017. (Henry Pasaribu)

Membaca sangat bermanfaat untuk kita, selain meningkatkan pengetahuan juga membuat wawasan kita menjadi luas. Dengan membaca kita dapat mengetahui berbagai pengetahuan, tanpa harus melihatnya secara langsung. Membaca adalah kegiatan menggali informasi dari tulisan. Menurut Anderson dan kawan-kawan (1985), membaca merupakan dasar keberhasilan seseorang, bukan saja di sekolah, tetapi juga di segala bidang kehidupan.

*) Inspirator Indonesia Mengajar
Lebih baru Lebih lama