JOMBANG –
Tingginya permintaan dan kebutuhan hazmat membuat salah satu desainer asal Plosogeneng, Jombang, Nina Hardiana menyisihkan waktu dan tenaganya untuk memproduksi APD tersebut. Bahkan, pemilik butik Nina Collection ini terpilih menjadi koordinator produksi hazmat suit Jawa Timur.

“Ide untuk bisa ikut memproduksi hazmat suit ini muncul ketika Presiden Jokowi mengumumkan kasus pertama Covid-19 di Indonesia. Dilanjut dengan berita semakin langkanya hazmat suit. Kondisi itu membuat komunitas desainer berinisiatif untuk merancang dan membantu produksi. Kebetulan saya bergabung di komunitas tersebut. Tanpa pikir panjang saya akhirnya ikut mendaftar,” jelas Nina Hardiyana mengawali perbincangan.

Perempuan berhijab itu lantas melanjutkan, usai melakukan pengajuan diri, dilakukan survei kelayakan tempat produksi. Kemudian Nina mengikuti sosialiasasi mengenai bahan dan ukuran standar hazmat suit. Proses itu menurut Nina Hardiana dilakukan sesuai dengan arahan dan standar yang diberikan oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI.

Baca Juga: SMA Negeri Jogoroto Melek Teknologi di Segala Lini

Berdasar arahan IDI dan Kemenkes, hazmat suit yang diproduksi oleh Nina Hardiana menggunakan bahan spunbound gramasi 75 murni. Bahan ini dipilih karena sifatnya yang kaku dan berserat rapat. Dengan begitu diharapkan bisa melindungi para tenaga kesehatan dari kemungkinan terpapar virus Covid-19.

Dalam sehari, Nina Hardiana bisa memproduksi lebih kurang 500 hazmat suit. Produksi itu dilakukan oleh dua orang pegawai tetap di butiknya dan dibantu 30 pegawai lepas yang berasal dari warga sekitar tempat tinggalnya.

Salah satu penjahit hazmat, Wiwik Winarti mengatakan, langkah saat menjahit hazmat suit hanya perlu menyesuaikan dengan pola. Jika ada sedikit lebih yang menyebabkan lipatan pada bahan, masih ditoleransi. Hal itu tentu saja tidak bisa dilakukan saat menjahit baju biasa.



Hingga saat ini, Nina Hardiana masih terus menerima pesanan pembuatan hazmat suit dari berbagai instansi baik pemerintah maupun swasta. Pemesannya kebanyakan dari luar daerah seperti Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Timur, Dinas Kesehatan (Dinkes) Sidoarjo, Gresik, Medan, dan Bengkulu.

Nina Hardiana menyebut untuk saat ini harga satu buah hazmat suit produksinya dibandrol dengan harga Rp 60 ribu. Namun harga jual itu bergantung dengan harga bahan baku. Jika harga bahan baku turun, harga hazmat suit buatannya juga akan menyesuaikan.

Selain diperjualbelikan, Nina Hardiana secara pribadi juga melakukan donasi gerakan pengiriman hazmat suit ke seluruh Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di Kabupaten Jombang. Hal ini dilakukannya sebagai salah satu bentuk kepedulian membantu tenaga medis di Jombang yang tengah berjuang melawan Covid-19.

Reporter/Foto: Fitrotul Aini
Lebih baru Lebih lama