GUDO –
Melakukan pembinaan lembaga pendidikan bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Diperlukan strategi dan pendekatan yang tepat agar materi yang disampaikan dapat diterima dengan baik.

Penilik Pendidikan Non Formal (PNF) Kabupaten Jombang, Listyo Irawati, S.Pd mengemukakan bahwa untuk mendapatkan hasil pembinaan yang maksimal, seorang pembina (penilik) harus mengenal profil binaannya. Untuk mengenal, maka perlu pendekatan dan komunikasi yang intens.

“Seperti pepatah yang menyebutkan bahwa ‘Tak kenal maka tak sayang’. Maka dalam setiap pembinaan yang saya lakukan pada lembaga PNF khususnya untuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) berupaya datang untuk mengenali potensi sehingga bisa dikembangkan dan dilejitkan serta kalau ada kekurangan sesegera mungkin dibenahi,” jelas Listyo Irawati.

Baca Juga: Membuat Pop-Up Sederhana

Perempuan yang akrab disapa Bu Lis atau Bu Ira ini menambahkan, dengan kunjungan pembinaan dilakukan secara terbuka dan menyenangkan, membuat hubungannya dengan setiap pengelola PAUD sangat dekat. Hampir tidak ada sekat diantaranya. Bahkan jika Listyo Irawati lama tidak melakukan kunjungan, kepala atau guru di lembaga menanyakan kapan akan berkunjung lagi.

Kegiatan ini kemudian menjadi sumber inspirasi bagi Listyo Irawati ketika Dinas Pendidikan dan Kebudayaan mengadakan Seleksi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Tingkat Kabupaten Jombang 2019. Bahkan melalui Best Practice yang bertajuk Kunjungan dan Kelompok Keliling (Kunkeling), perempuan 50 tahun ini menjadi juara kedua.

“Tidak ada persiapan khusus saat akan mengikuti seleksi saat itu. Hanya setiap usai melakukan kunjungan ke lembaga, saya mengumpulkan bahan-bahan yang mendukung saat seleksi. Tambahannya mungkin hanya dengan membaca referensi terkait,” ujar Listyo Irawati.

Namun sejak Juni 2019 atau dua bulan pasca penetapan juara Seleksi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Tingkat Kabupaten Jombang 2019, Listyo Irawati mendapatkan mandat untuk menjadi Kepala Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Gudo. Tentu saja, hal itu membuat ibu dua anak ini meninggalkan tugas sebelumnya sebagai penilik.

Meski tidak bisa secara langsung lagi melakukan pendekatan dan pembinaan laiknya saat menjadi penilik, sesekali Listyo Irawati masih ikut untuk memantau lembaga pendidikan yang ada di bawah naungan SKB Gudo. Selain itu, dengan pembagian tugas kepala SKB yang 80% administrasi dan 20% mengajar, dia bisa kembali menyalurkan keilmuan yang dimilikinya yakni Tata Busana.

Maklum saja karena Listyo Irawati merupakan lulusan jurusan Pendidikan Tata Busana IKIP Surabaya. Karirnya di dunia pendidikan non formal diawali menjadi pamong belajar di SKB Sorong, Papua pada 1997. Tujuhbelas tahun kemudian, Listyo Irawati pulang kampung dan menjadi pamong belajar di SKB Gudo. Dua tahun berselang, ibu dua anak itu mendapat tugas sebagai penilik. Sempat bertugas menjadi penilik di Kecamatan Diwek dan Perak sebelum akhirnya ditugaskan menjadi Kepala SKB Gudo.

“Tugas apapun dan di mana pun saya ditempatkan, akan siap dan melaksanakannya dengan baik serta maksimal. Sesederhana itu prinsip yang saya pegang dalam menjalani bekerja. Semoga selalu bisa memberikan nilai yang baik terhadap orang-orang di sekitar,” harap Listyo Irawati.

Reporter/Desain: Fitrotul Aini/Aditya Eko P.
Lebih baru Lebih lama