MEGALUH – Berprofesi menjadi petani di era milenial ini selalu dianggap sebelah mata. Padahal kalau disadari sesungguhnya dunia pertanian menjadi sektor penting dalam menjaga kesejahteraan bangsa. Jika dijalankan secara profesional dan modern, keuntungan yang dihasilkan bisa memenuhi kebutuhan hidup.

Kondisi inilah yang melatari Desa Dukuharum, Kecamatan Megaluh melahirkan inovasi Gerakan Petani Muda. Selain memang sebagian besar masyarakatnya berprofesi sebagai petani, desa yang berada di wilayah Utara Kota Santri ini tergolong agraris. Hamparan lahan pertanian di sana mencapai lebih kurang 114 hektar. Dari 480 Kepala Keluarga (KK), sebanyak 80 KK memiliki sawah dan 175 KK sebagai buruh tani. Barulah sisanya bekerja di sektor lain seperti Aparatur Sipil Negara, TNI, Polri, hingga pengusaha.

Disampaikan Sekertaris Desa Dukuharum, Yoyok Tri Wahono, S.Sos bahwa jangan sampai tidak ada generasi muda yang melanjutkan sektor pertanian. Bahkan dianggap sebagai jalan keluar akhir ketika kalah bersaing mencari pekerjaan di luar. Selain persolan stigma yang melekat harus diubah lebih membanggakan, kompetensi calon petani muda mesti dibenahi dari hulu hingga hilir.

Baca Juga: Pembelajaran Menyenangkan Selama Pandemi Korona

“Inovasi ini sudah dimulai sejak 2018. Calon petani muda diberikan bekal tentang pemahaman teknologi terbarukan dalam dunia pertanian saat ini. Jelasnya dengan mengkombinasikan tenaga buruh tani supaya jangan sampai malah menciptakan pengangguran baru di kecamatan yang terkenal dengan sentra pertanian buah semangka di Jombang ini,” terang Yoyok Tri Wahono.

Sekarang ini memang banyak para pemuda di Desa Dukuharum bekerja di pabrik. Kalau ini dibiarkan, maka yang terjadi akan ada arus pergerakan penduduk yang tidak sehat. Hal itulah yang cukup meresahkan Kepala Desa Dukuharum, Didik Purwanto, Oleh sebab itu, Didik terus mendorong sekuat tenaga agar genarsi penerus di wilayah yang dipimpinnya tidak meninggalkan akar rumpunnya.

Untuk itu pemikiran dan kemampuan pertanian terbarukan diberikan dalam sebuah pelatihan yang dibuat. Hasilnya secara pemikiran akhirnya berubah dan kompetensi pertaniannya memadai.

Didik Purwanto mengatakan, “Sekarang ini tidak ada yang tidak mungkin. Perkembangan alat pertanian semakin canggih, begitu pun konsep pertanian selalu terbarukan. Alhasil modal besar yang kerap keluar saat musim tanam dimulai bisa ditekan semaksimal mungkin. Justru keuntungan diperoleh semakin besar.”

Bahkan masih bisa dibarengi dengan bekerja yang lain. Baik itu masih sealur dengan sektor pertanian ataupun sebaliknya. Jadi bukan tidak mungkin impian menjadi petani sukses tergapai. Asalkan semua dijalankan dengan prosedur yang tepat, tidak saja pandai bertani tapi bisa juga pemasaran, kepemimpinan, hingga mengembangkan menjadi beragam produk lainnya.

Reporter/Foto: Chicilia Risca Y.
Lebih baru Lebih lama