SUMOBITO – Nama Desa Brudu, Kecamatan Sumobito tak lepas dari kisah keberadaan Mbah Sarep sekitar dua abad silam. Lelaki renta singgah dan hendak membuka pemukiman di sana. Mbah Sarep menandai lokasi tersebut dengan menancapkan tongkatnya.

Diceritakan oleh Kepala Dusun Kedung Urip, Uman yang mendapatkan kisah Mbah Sarep dari orangtuanya, ketika sedang membuka pemukiman di tempat yang sudah dia tandai sebagaian warga yang tahu menganggapnya sebelah mata.

“Hal itu dikarenakan penampilannya yang tak wajar. Laiknya tak terurus dengan perawakan yang kumuh,” ungkap Uman.

Sayangnya semakin bertambahnya waktu, bekas semburan itu telah tertutup oleh padatnya pemukiman. Selain itu juga dibangun sekolah dan pondok pesantren.

Lantaran merasa tersinggung, lantas Mbah Sarep lekas beranjak dan mencabut tongkatnya. Tak lama kemudian lubang bekas tongkat yang menancap itu keluar semburan air yang tak henti.

Uman mengatakan, “Mbah Sarep berpesan, seharusnya warga menghormati orang yang lebih tua. jika sampai tidak kelak hidupnya akan sengsara.”

Sejak saat itu air yang keluar dari tanah oleh warga setempat disebut dengan istilah mburdul. Akhirnya lama kelamaan menjadi desa yang kini dikenal dengan nama Brudu.

Baca Juga: Legitnya Ayam Panggang Spanyul

Lokasi semburan air itu tepatnya di Barat Masjid At-Taqwa, tak jauh dari Kantor Desa Brudu. Sayangnya semakin bertambahnya waktu, bekas semburan itu telah tertutup oleh padatnya pemukiman. Selain itu juga dibangun sekolah dan pondok pesantren.

Salah satu warga yang sekarang memiliki rumah di atas keluarnya air itu, Ainul Yakin membenarkan. Satu dekade lalu saat membangun rumah di tanah kosong tak terawat itu tampak seperti ada cekungan berair yang cukup dalam dibanding dengan tanah di sekitarnya.

“Saya pun tak tahu cerita itu sebelumnya, hanya saja saat abah membelinya dulu ditandai dengan pohon mangga. Demikian sewaktu membangun, butuh banyak batu dan tanah untuk menutup cekungan itu,” terang Ainul Yakin ditemui di rumahnya.

Reporter/Foto: Chicilia Risca Y.
Lebih baru Lebih lama