JOMBANG – Sampah plastik membutuhkan waktu yang sangat lama untuk terurai. Menyadari berbahayanya hal tersebut, beberapa komunitas peduli lingkungan mengadakan kegiatan dengan harapan adanya perubahan pola hidup masyarakat.

Salah satunya yang dilakukan oleh Komunitas Nol Sampah Surabaya yang bekerja sama dengan Sanggar Hijau Indonesia, Sabtu (18/7), mengadakan Sosialisasi Pengurangan Plastik Sekali Pakai.

Bertempat di Kawasan Pasar Pon Jombang, sosialisasi tidak hanya diwujudkan dengan pemberian materi mengenai bahayanya sampah plastik di alam, melainkan juga dengan secara nyata melakukan penyisiran kantong plastik hasil belanja pengunjung yang kemudian diganti dengan tas kain yang bisa digunakan berulang kali. Kegiatan ini menyusul beberapa daerah lain seperti Surabaya, Kediri, Malang yang sudah terlebih dulu mendapat sosialisasi.

Sosialisasi tidak hanya diwujudkan dengan pemberian materi mengenai bahayanya sampah plastik di alam, melainkan juga dengan secara nyata melakukan penyisiran kantong plastik hasil belanja pengunjung yang kemudian diganti dengan tas kain yang bisa digunakan berulang kali.

Koordinator kegiatan, Hanie Ismail mengatakan, harga plastik yang murah dan perilaku masyarakat yang serba instan memicu penggunaan plastik sekali pakai meningkat. Salah satu tempat yang menyumbangkan banyak kantong plastik adalah pasar tradisional.

“Ketika berbelanja di pasar tradisional seperti ini, satu orang bisa mendapatkan lima hingga sepuluh kantong plastik untuk membungkus bahan belanjaannya. Hal ini sebaiknya mulai dikurangi. Kantong plastik mungkin hanya digunakan membungkus bahan yang bersifat basah. Sementara bahan belanja yang sekiranya bisa langsung dibawa dan dimasukkan dalam kantong belanja tidak perlu dimasukkan kantong plastik lagi,” ujar Hanie Ismail.

Baca Juga: Cermin Kehidupan Nyata

Selain kantong plastik sekali pakai, sedotan plastik juga menyumbangkan sampah yang tidak bisa segera terurai. Data dari Dive Clean Action, pemakaian sedotan plastik di Indonesia lebih kurang sebanyak 93 juta buah per harinya. Selain menimbulkan sampah, sedotan yang terbuat dari plastik prolypropylene dari minyak bumi ini juga sangat berbahaya jika digunakan untuk minuman panas.

Karena lapisan plastik dan senyawa kimia yang ada dalam sedotan tersebut akan lepas bersama air. Nah, hal itu dapat menyebabkan obesitas dan kanker. Untuk mengurangi sedotan plastic tersebut, masyarakat bisa beralih menggunakan sedotan dari bahan stainless steel atau bambu.

Hanie Ismail menuturkan, kegiatannya ini tidak akan berhenti pada sosialisasi di pasar. Dirinya juga ingin mengajak masyarakat luas untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Rencana terdekatnya adalah mengedukasi masyarakat untuk menggunakan besek sebagai tempat daging saat Hari Raya Iduladha.

“Gol besarnya, kami ingin mendorong pemerintah daerah untuk membuat aturan pembatasan penggunaan sampah plastik,” ungkap Hanie Ismail.

Pengelola Sanggar Hijau Indonesia, Santi Ramadhani menyambut baik ajakan bermitra yang diajukan oleh Komunitas Nol Sampah Surabaya. Perempuan berambut pendek itu memang sudah dikenal aktif bergerak dalam usaha pengelolaan sampah di Kabupaten Jombang. Di sanggar binaannya, sampah plastik diolah kembali menjadi ecobrick yang selanjutnya dapat dimanfaatkan menjadi meja, kursi, atau bahkan bata ramah lingkungan.

Salah seorang pengunjung Pasar Pon Jombang, Mujiati yang diberhentikan oleh relawan karena terlihat masih menggunakan kantong plastik untuk membawa hasil belanjaanya menyampaikan kesan, “Meski sempat kaget karena tiba-tiba diberhentikan tapi saya mengapresiasi dan senang dengan kegiatan seperti ini.”

“Karena kami seperti langsung diingatkan untuk mengurangi penggunaan plastik saat berbelanja. Dari pengalaman pribadi juga setiap selesai belanja selalu merasa kebingungan dengan banyaknya plastik yang terkumpul dan kemana membuangnya,” kata Mujiati.

Ibu rumah tangga yang aktif dalam kelompok Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) desa tempatnya tinggal itu berjanji akan menyebarkan sedikit ilmu yang didapatnya. Dirinya akan mengajak ibu-ibu di lingkungannya untuk beralih menggunakan kantong belanja yang bisa digunakan berulang kali.

Reporter/Foto: Fitrotul Aini
Lebih baru Lebih lama